Tuesday, March 3, 2020

Short Escape to Semarang



Hello, kali ini aku balik lagi dengan traveling stories yg baru. But seriously, agak canggung dan malu plus minder sejujurnya karena aku ngerasa bukan apa-apa, it's not a big thing yg bisa dibanggakan, tapi akhirnya I decided to write about this. Well, afterall this is my journey.

Jadi, Sabtu Minggu kemarin tepatnya tanggal 18 - 19 Januari 2020, aku memutuskan untuk melancong ke Semarang. Sendirian. Betul-betul sendirian. For the first time in my life.

Wow, that's really a big deal for me, karena aku belum pernah melakukan hal ini sendirian : traveling alone. Jadi keinginan ini sudah muncul di akhir tahun 2019, sebetulnya. Most likely karena terpengaruh my trip to SG bulan Juni 2019 lalu, jadi semacam ada gugahan dari dalam hati untuk bisa traveling lagi gitu.

Saat itu aku merasa "Duh kok aku nggak traveling-traveling lagi yaa, cicilan Singapore kemarin belum lunas, apa iya aku harus nunggu sampai cicilan selesai baru traveling lagi ?". Dan aku tahu jawabannya tidak. Karena time is ticking even now, dan I'm getting older. Jadi kupikir, kalau sekarang belum bisa ke luar negeri karena cicilan belum selesai, kenapa tidak dalam negeri aja dulu ? Tidak usah ke luar pulau, ke provinsi sebelah saja. Kota yang belum pernah aku kunjungi untuk traveling for leisure : Semarang.

Everything seems perfect : Aku belum pernah ke Semarang, Sabtu dan Minggu aku off dari kerjaan, ada kereta murah dari Surabaya ke Semarang PP, dan waktu tempuh yg menurutku tidak terlalu lama. Terlebih lagi, aku mendapat voucher potongan untuk Reddoorz. So, why not ?

Jadi, jika kamu adalah seorang pegawai office hour di Surabaya yg libur di Sabtu Minggu dan longing for holiday, mungkin kamu bisa mencoba hal baru seperti yg baru saja aku lakukan ini : Travel to Semarang, alone. Yah berdua boleh lah.


==============

The first advice I want to give you is "buy the ticket, now or never". Aku sudah memiliki gambaran di awal tahun aku ingin mencoba bepergian sendiri, ke kota yang belum pernah kukunjungi, dan hemat (maklum cicilan banyak). Jadilah aku memilih kota Semarang.

Alasannya adalah karena di pulau Jawa, aku belum pernah mengunjungi ibukota provinsi yg satu ini. I've been in Tangerang, Depok, Bogor, Jakarta, Bandung, Jogja, Malang, Tulungagung and of course Surabaya. Tentu saja aku pernah ke Semarang, but that's a way long a ago in a trip with my mom's office recreation. Jadi aku belum pernah ke sana sebagai orang dewasa (cieilah orang dewasa..), maksudku as an adult, seorang dewasa yang mandiri.

Alasan selanjutnya adalah karena jarak yang cukup terjangkau dari Surabaya, tempat tinggalku saat ini. Semarang adalah pilihan yg cocok karena hanya membutuhkan waktu setengah dari perjalanan ke Jakarta. Dulu, ketika aku kuliah, aku harus menghabiskan waktu sekitar 12- 13 jam dari Jakarta ke Tulungagung PP, dan itu membuatku tekor di dompet dan punggung. Surabaya ke Semarang PP hanya membutuhkan waktu 4 jam, waktu yg sama yg kuhabiskan jika harus pulang kampung dari Surabaya ke Tulungagung jika menggunakan bus patas biasa tidak lewat tol (bahkan seringkali sampai 5 jam). Karena sebulan sekali paling tidak aku selalu pulang kampung ke Tulungagung dan balik lagi ke Surabaya esok harinya, kuat lah ya kalau ke Semarang hanya 4 jam.

Balik lagi ke advice tadi. Jika kamu tidak segera membeli tiketnya, kemungkinan besar kamu tidak akan jadi pergi traveling karena beragam faktor yg nantinya akan muncul menghadang mendekati hari H, dan semakin ragu dan ragu akibat procrastinating terlalu lama.

Second advice for you is : Plan everything out. Mungkin karena ini adalah trip ku yg pertama kali sendirian, jadi nggak bisa dipungkiri ya kalau aku parno. Cemas akan hal ini, hal itu, jadilah aku mempersiapkan banyak hal utk situasi dan kondisi A hingga Z. Tapi yg bisa kubilang adalah, bawalah secukupnya, kalau bisa cenderung ke minimal banget. Aku sih orangnya paling tidak suka membawa-bawa barang berat ketika jalan. Aku lebih suka jalan dgn badan yg ringan sambil memandangi lingkungan sekitar. Jadi, bawalah baju satu atau dua potong saja. Toh cuma dua hari satu malam. Bawalah kamera juga, kalau bisa kamera yg bagus. Mirrorless kalau bisa. Jika tidak ada, bisa pinjem ke temen seperti yg aku lakukan. Jika handphone mu adalah handphone seharga puluhan juta yg kameranya oke punya, gpp lah foto-foto pakai handphone. Tapi km tentunya bakal sayang baterai gak sih, karena jaman sekarang kita tahu dikit-dikit Instagram bukan ? Tentu akan zonk jika handphone mahalmu itu baterainya terpaksa habis di tengah jalan karena diforsir Instagram, Youtube, dan foto-foto. Jadi disarankan menggunakan dua buah gadget.

Peralatan pribadi sudah jelas, alat-alat grooming utk menjaga kualitas selfie, alat mandi seminimal mungkin (karena jaman sekarang sabun/shampoo/pasta gigi dan odol/handuk sudah hampir pasti tersedia di hotel-hotel), jadi bawa saja seperlunya jika memang ada produk khusus pribadi yg harus digunakan. Selebihnya sih alat-alat biasa seperti charger, handphone, dompet, jaket, sepatu dst. Ingat, seminimal mungkin, karena ini hanya 2D1N.

=================================================

Bagi kalian yg mungkin belum tahu, ada kereta dari Surabaya ke Semarang dengan nama KA Maharani. Yang harga keretanya sungguh sangat terjangkau yakni Rp 49.000 saja. Berangkat dari Stasiun Surabaya Pasar Turi dan bisa berhenti di Stasiun Semarang Tawang atau Semarang Poncol. Jadwal keberangkatannya kalau dari Surabaya sih kemarin adalah pukul 06.00 pagi dan tiba di Tawang pada pukul 10 lebih sedikit (betul kan cuma 4 jam-an, cepet menurut diriku yg dulu sering 13 jam TA - JKT).




Jadi, yang aku lakukan pada hari H (Sabtu tgl 18 Jan 2020) adalah bangun lebih awal yaitu sekitar pukul 4 subuh (ngantuk-ngantuk dah itu), lalu mandi dan persiapan memastikan barang-barang yg perlu dibawa, dan naik motor ke Stasiun Surabaya Pasar Turi. Aku baru pertama kali ke Stasiun itu bulan November 2018 waktu aku ke Depok untuk acara pernikahan sahabatku, dan saat itu aku menggunakan ojol untuk bisa ke sana. Sehingga, aku butuh waktu lebih jika ingin ke sana sendirian menaiki motor. Ditambah lagi, aku perlu tahu sistem parkir inapnya seperti apa dan lokasinya di mana, jadi aku berangkat lebih pagi.




Ternyata tidak rumit. Parkir motornya jadi satu dengan parkir motor yg bukan inap, dan ada karcis parkir layaknya kalau kita pergi ke mall. Sayangnya parkir motornya outdoor. Sehingga aturlah posisi helm sedemikian rupa supaya tidak zonk kalau-kalau nanti hujan turun. Oke, pastikan motor terkunci dan helm aman, lanjutkan ke cetak tiket.

Cetak tiket itu sudah sama saja seperti stasiun lainnya, masukkan kode booking dan tiket langsung ter-print dgn cepat. Tunggu keretanya sambil membeli semacam roti atau minuman, atau sekedar menikmati matahari terbit yg lumayan indah dilihat (karena selama ini ga pernah bangun subuh, jadi menurutku ini indah :D).


Penampakan Tiket Kereta berangkatnya guys~

Kereta sudah akan tersedia sekitar setengah jam sebelum berangkat. Pukul 05.20 aku sudah mengantri untuk masuk. Di dalam peron, mbak-mbak pramugarinya sudah secara profesional menyambut dengan senyum "Silahkan kereta Maharani". Bagus lah pokoknya, nggak berasa murahan meski harga tiketnya murah banget. Begitu masuk keretanya, uwaaaaw~

Sempurna. Kualitas penampakan keretanya sangat memuaskan jika dibandingkan dengan harganya yg murah.




Kereta ekonomi biasanya memiliki layout ABC DE dan berhadap2an, sehingga sempit dan punggung kita terpaksa harus tegak lurus 90 derajat. Tapi kereta ini tidak begitu. Nomor seat nya sekitar 20 baris (artinya nomor 1 - 20), dan hanya ada 4 kolom (artinya AB dan CD). Tempat duduknya memang tidak seempuk sofa di ruang tamu kita, tapi empuk dan nyaman. Dan yang paling penting : bisa diatur kemiringannya, alias tidak 90 derajat, bisa kita maju mundurkan seperti kursi di mobil. Satu lagi yang sangat aku sukai adalah : tidak berhadap-hadapan. Jadi kursinya diatur dengan layout nomor 1 hingga 10 itu menghadap satu arah searah dengan hadapnya kereta (untungnya aku memilih nomor 9 my lucky number, jadi nggak pusing karena searah jalannya kereta). Sementara nomor 11 hingga terakhir itu membelakangi laju kereta. Jadi hanya kursi nomor 10 dan 11 saja yg berhadap-hadapan. Intinya : kakiku bisa dengan leluasa berselonjor di bawah kursi penumpang di depanku, selayaknya naik bus.

Oh iya, colokan untuk charge hp kita juga tersedia. Setiap sudutnya terasa bersih. Mungkin karena ini kereta baru ya. Jendelanya juga bagus, bersih tidak seperti tipikal kereta ekonomi biasanya.



Super puas.

Dan aku bisa tidur dengan nyaman hingga kereta sampai di Semarang.

=============================

Setibanya di Semarang Tawang, rasanya deg-degan dan excited. Waw akhirnya aku berada di kota lain, sendiri ~

Ke toilet dulu sebentar untuk buang air kecil dan memastikan muka ready, dan mari kita langkahkan kaki ke kota Semarang.

Kesan pertama :

Panas eh, beneran.

Di luar stasiun sudah banyak bapak-bapak driver taksi atau becak yg menawarkan jasanya. Seperti biasa, stasiun itu ya seperti ini. Pemandangan jauh di belakangnya adalah lahan luas yg cerah sekali. Lebih ke gersang sih menurutku. Tapi tetap kulangkahkan kaki keluar. Di sebelah kiri ada warung-warung kecil yg menempel sekitar stasiun, lalu di sebelah kanan ada belokan jalan yg kalau kita seberangi ada danau dengan pohon-pohon rindang di samping-sampingnya. Di pepohonan itu banyak ojek online, jadi kalau kamu ingin memesan ojol, bisa memesan ojol di area ini.




Karena masih takjub, aku ke danau itu dan mengambil foto sesaat. Menarik nafas dalam karena bangga, lalu lanjut jalan kaki ke arah selatan. Trotoarnya terlihat bagus. Pantas saja, soalnya ternyata ini adalah kawasan Kota Lama Semarang.

Terlihat di pinggir-pinggir gedung tua, ada beberapa anak muda yang mengambil foto OOTD menggunakan kamera DSLR. Dinding bangunan itu memang bagus, vintage dan retro banget pokoknya. Ada beberapa sulur tanaman yang merambat juga sebagai pemanis. Kupandang jauh ke depan, sepertinya ini jalanan yang bisa kutelusuri jika mau menghabiskan waktu. Tapi aku lapar, dari pagi hanya makan Sari Roti Sandwich dua buah. Maka aku berjalan kaki ke selatan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.

Di persimpangan agak selatan, aku menengok kanan dan ada tulisan Soto Seger Kartosuro. Entahlah, sepertinya ini menarik dan recommended di Google, jadi aku dengan pedenya masuk ke warung itu. Sepi. Hanya aku yang masuk dan dilihatin oleh para karyawannya yang lagi becandaan. Ups, jadi kikuk sendiri karena masuk mau makan dan sendirian. Tapi untungnya ada salah satu mas karyawan yang ramah mempersilahkan aku duduk dan mencatat pesananku.

Aku pesan Soto biasa (tentu, karena masih mencoba, jadi yang standar-standar saja dulu hahaha). Dan tentunya es teh manis.

Pesanan datang, dan porsinya kecil. Sebetulnya porsi ini adalah ciri khas soto enak. Jadi dia disajikan dalam mangkok kecil lebih ke cup menurutku, dan kuahnya menuju ke putih warnanya, bukan bening. Seumur hidupku, makanan berkuah yang disajikan di wadah sekecil ini biasanya rasanya itu enak. Dan benar, aku cicipi rasanya unik, kuahnya tidak seperti Soto di Jawa Timur, ada sedikit unsur Soto Betawi yang menggunakan santan banyak, tapi tidak sebanyak itu.



Untuk makan siangku yang sedang mengurangi karbo, pas lah ya makanan ini. Hehehe, yang penting ada es teh manis. Wkwkwk sama aja ya.

Oke, Setelah menghabiskan waktu makan dan browsing beberapa hal, aku lanjutkan jalan kaki menuju ke arah Reddoorz ku yang sudah kupesan sebelumnya. Ia ada di Jl MT Haryono, so let's get up and continue my walk~

============================================

Sekali lagi, gersang.

Aku harus menyusuri pinggiran jalan di Semarang ini dengan posisi matahari tengah di atas ubun-ubun alias jam 12 siang. Jalan kaki mungkin pilihan bagus, karena posisi hotelnya tidak terlalu jauh dengan Stasiun Tawang, namun karena membawa tas punggung dan matahari sedang panas-panasnya, ditambah lagi pepohonan saat itu sangat jarang, wow ini menyiksa banget.

Tapi akhirnya aku berhasil menemukan Reddoorz nya. Lokasinya di MT Haryono, dan masuk ke gang, sedikit. Penampakan luarnya meragukan, tapi aku maklum dengan harganya yang miring. Begitu masuk aku melihat mas dan mbak karyawan yang sedang makan nasi padang yang sepertinya barusan digofoodkan. Mereka agak linglung ketika aku masuk, entah karena canggung dipergoki makan oleh tamu, entah karena merasa aneh jam segitu harusnya tidak ada tamu yg check in.

Mereka menjelaskan bahwa bisa check in sekarang namun akan terkena charge Rp 30.000 karena belum sesuai jam check in yaitu jam 14.00. Hemm, aku lupa kalau check in di banyak hotel memang rata-rata jam 14.00. Jadi aku memilih untuk keluar dari hotel lagi sambil menunggu di suatu tempat karena di hotel itu tidak ada tempat menunggu yang nyaman. Baiklah.

Jadilah aku pesan ojol untuk ke tempat yang bisa mengademkan diri, yaitu Mall. Mall yang terlintas adalah Paragon Mall. Satu karena "any mall is fine as long as I can hang out and cool down this hotness", dua karena Paragon Mall sepertinya ngehits bagi orang Semarang dilihat dari sosial media, tiga karena aku belum pernah mengunjunginya, that's it.

Begonya adalah, harusnya aku menitipkan tas ranselku di resepsionis hotel supaya aku lebih leluasa jalan-jalan. Tapi aku menyadarinya ketika sudah di motor pak ojol. Baiklah.

Sesampainya di Paragon (waw jauh juga ternyata), aku masuk dengan sok-sokan sering ke mall itu. Tapi ya ternyata sesuai dugaan, yang namanya mall ya seperti itu, pada umumnya. Jadi aku justru kebingungan di sana. Biasanya aku ke mall selalu ditemani seseorang, tidak pernah sendiri. Dan ke mall pasti memiliki tujuan sesuatu, tidak berjalan tanpa tujuan tanpa arah seperti ini. Setelah duduk-duduk dan Instagram-an di tempat yang bisa kududuki (di game zone), akhirnya aku sadar bahwa ini harusnya tak aku lakukan. Harusnya aku liar ! Harusnya aku explore ! Harusnya lebih menantang lagi ! Nggak mencari tempat aman dengan mengunjungi mall. Mall mah di mana-mana juga ada kali. Ngapain jauh-jauh ke Semarang kalau akhirnya juga ngeMall ?

Huft, baiklah akhirnya aku mengumpulkan keberanian untuk kembali pada tujuan awalku untuk solo traveling ini : belajar.

Kulihat di map, Paragon Mall ini sejajar dengan Lawang Sewu. The Iconic Place to Visit in Semarang. Well, meski aku sudah pernah mengunjunginya sewaktu rekreasi kantor ibuku dulu, namun tidak ada salahnya mengunjunginya sebagai orang dewasa.

Akhirnya aku jalan kaki menyusuri pinggiran jalan ke arah selatan, emm barat daya sih sebetulnya. Panas. Tapi aku sudah mulai terbiasa. Dan berbeda dengan yang di daerah MT Haryono, trotoar di daerah ini sangat bagus. Luas, bersih, lengang, tidak ada retakan, dan pepohonan tidak jarang. Inilah poin bagusnya. Trotoar Semarang ternyata sangat friendly dengan pejalan kaki. Di jalanan aku melihat ada bus Semarang, semacam Transjakarta, ia adalah Trans Semarang. Hemm, ternyata banyak juga penumpangnya. Of course kebanyakan adalah local passenger yang sudah biasa menggunakannya. Ada keinginan untuk menaiki bus itu, tapi entah kenapa masih saja ada rasa ragu. Alhasil aku tetap menyusuri trotoar. Well, tidak apa. Aku suka menikmati jalanan begini. Sambil melihat-lihat bangunan baru dan santai.




Ternyata lama-lama gerah juga. Aku duduk di halte bus di Jalan Pandanaran. Di seberang ada Indomaret. Beli minum ah. Dan ternyata itu Indomaret Point, jadi banyak kursi-kursi untuk nongkrong. Duduk ah.. Hahaha..



Selesai istirahat, aku memesan Ojol untuk kembali ke hotelku lagi. Kalau jalan kaki jauh cuy, dan panas matahari ini nggak akan hilang sebelum maghrib sepertinya.

Akhirnya aku bisa check in. Kondisi hotelnya dari dalam cukup nyaman. Yah, sebetulnya sangat budget friendly dan cocok dengan harganya yg murah sih. Dinding kamarnya agak creepy karena mengelupas. Kasurnya memiliki bed cover dgn warna yg baru pertama aku lihat : coklat. Biasanya, bed cover hotel berwarna putih, entah itu hotel mahal entah itu hotel murah. Entah kenapa ini bed cover warna coklat. Tapi, yah tetap bisa ditiduri kok. Yang penting ada AC, kamar mandi, TV, dan kasur : I can survive with this.

Sedikit penampakan kasurnya, agak creepy memang foto dan warnanya, tp lumayan sih
Btw tanggal di foto itu salah ya, setting kameranya nggak bener

Setelah mandi, aku mencari-cari rekomendasi kuliner Semarang di suatu akun Instagram. Di salah satu akun itu, ada rekomendasi makan all u can eat yang murah. Ups, jadi pengen makan daging. Dan akhirnya aku memutuskan untuk ke sana, meskipun pada awalnya ragu. Iya donk ragu, masa' makan all u can eat sendirian ? Hahaha.. Tapi aku juga termotivasi dengan ide itu, karena cukup sesuai dengan tema liburanku ke Semarang ini : belajar. Termasuk belajar makan sendiri di restoran all u can eat, di mana kebanyakan orang akan makan minimal berdua dengan teman / keluarga / pacarnya. It will be a new experience for me, dan juga melatih mentalku. Hahaha, lets go~

Namanya Hellthy BBQ. Lokasinya di Jalan Pleburan Barat no 3A. Tentu aku naik ojol ke sana, karena jauh coy kalau jalan kaki. Lapar pula.

Materi Promo AUCE

Aku setuju untuk mencobanya karena harganya cukup murah, yaitu 99k bisa makan sepuasnya selama 1,5 jam. Ditambah karena lapar banget, jadi pengen meluapkan rasa lapar dengan makan daging. Namun 99k itu belum termasuk PPN guys, jadi nanti sekitar 100rb lebih dikit bayarnya. Dari review yg aku baca, ada yang suka, ada yg kecewa, jujur aja ya. Tapi menurutku tidak ada salahnya dicoba, karena aku yakin yang namanya makan all u can eat nggak mungkin sampai betul-betul tidak enak dan tidak bisa dimakan sama sekali. Jika pun ada yg tidak enak, pasti masih ada komplementernya.

Dan ya, betul. Ada beberapa menu yg rasanya aneh. Tapi aku makan banyak juga kok. Beef nya semua enak, daging ayam juga enak. Hanya saja seafood nya sepertinya agak tidak fresh. Minumannya enak, bisa refill sepuasnya seperti resto all u can eat pada umumnya. Hanya saja entah gelasnya entah tekonya, ada yg membuat minumannya seperti sedikit tercemar minyak. Saus pilihannya ada sekitar 3-4 jenis, dan sudah mencukupi untuk makan all u can eat BBQ.








Overall, dengan harga 99k (belum sama PPN sih), aku akan nilai Hellthy BBQ 7.5, karena pilihan dagingnya tidak sebanyak yang kukira, hanya sebatas satu box cooler es krim di Indomaret. Selain itu minyak di minuman dan seafood yg agak tidak fresh mengurangi pointku untuknya. Tapi selain itu semuanya bagus. Karyawannya cepat tanggap dan ramah, harganya terjangkau banget, privasi dapet karena aku bisa duduk di ujung sendiri (mungkin karena aku sendirian jadi ditaruh di meja pojokan kali ya hahaha). Aku keluar dari sana dengan kenyang, dan senang. Senang karena perut kenyang, dan berhasil menyelesaikan tantangan makan AUCE sendirian. Hehehe, ternyata tidak seburuk yang kubayangkan. Memang orang-orang melihatku pada awalnya, namun setelah itu mereka fokus dengan makanannya masing-masing. Jadi, I think it's all on my mind. Ga perlu terlalu khawatir.

Hehe, kenapa tiba-tiba jadi review makanan.

=====================================

Setelah makan, aku keluar (bayarnya sudah di awal tadi di kasir) dan berjalan kaki ke arah Simpang Lima. Daerah Pleburan ini ternyata adalah daerah dekat kampus Universitas Diponegoro. Jadi ada salah satu kampus Undip di daerah ini. Cocok lah, aku suka daerah kampus. Daerah kampus itu pasti ramai anak muda, banyak makanan murah dan enak-enak. Betul adanya, makanan dengan rombong warna warni tersedia di sepanjang jalan. Senang melihatnya, dengan latar belakang maghrib.





Sampai di depan Pascasarjana Undip, aku istirahat (lagi) sambil mencoba memakai kamera mirrorless yg aku pinjam. Suasana di sana sepi, tapi terang. Sempurna bagiku untuk merasa bebas. Sambil merenungi nasib, aku ambil sedikit selfie dengan latar belakang makara Pascasarjana Undip. Daridulu aku ingin sekali bisa ambil S2, kuliah lagi. Keluargaku akan agak kecewa jika aku kuliah lagi di UI, itu terlalu jauh. Aku juga sudah pernah mencari pembukaan kelas magister di Universitas Airlangga, dekat dengan domisiliku saat ini, namun sayangnya jurusan yang aku inginkan sedang tidak membuka pendaftaran. But above all, harga kuliah S2 itu mahal. Itu masalah utamanya. Haha, rasanya masih ada yang mengganjal jika uang yang telah dikumpulkan selama ini langsung hilang untuk biaya kuliah. Entahlah, tiba-tiba aku memikirkan persoalan kuliah S2.

But the point is, sepertinya Undip ini not bad for alternative choice. Lokasinya tidak jauh tidak dekat. Dia juga termasuk kampus top di Indonesia. Okay, syukurlah aku terdampar di pelataran Undip ini. Sesuatu yang baru jadi bisa menghampiri pikiranku, tidak melulu terpikirkan oleh yg sudah ada. Hehe..

Di sekitaran jalan ini ternyata ada gedung Telkom dan Telkomsel. Lumayan buat difoto. Klik.



Di ujung jalan juga ada sebuah patung megah, entah apa namanya. Klik. Setelah googling, ternyata itu adalah bundaran air mancur. Emm.. oke.



Lalu aku menelusuri jalan menuju ke Simpang Lima. Satu hal yang tidak kusadari adalah, way past the fountain itu harusnya ada spot yg bisa aku kunjungi, which is Taman Indonesia Kaya. Di google dia tampak bagus, dan sepertinya aku bakal suka tempat itu. Tapi ternyata aku melewatkannya dan baru sadar ketika kembali ke hotel (nanti).

Well, baiklah kita lanjutkan perjalanan ke Simpang Lima. Ada banyak orang di area itu. Lampu-lampu bercahaya terang sekali. Ini adalah alun-alun. Ya, ini alun-alun. Vibesnya alun-alun banget. Ada banyak odong-odong dengan tampilan yg karnaval banget di sekeliling Simpang Lima. Orang berjualan makanan ringan juga banyak. Menyenangkan.









Aku mengitari pinggiran luar Simpang Lima, dan kebingungan bagaimana caranya menyeberang ke area dalam. Ini mirip seperti Alun-alun Tulungagung, di mana lapangan utamanya ada di tengah melingkar, dan ada jalan raya melingkarinya. Ada lingkaran kedua yg mengelilinginya, jadi kita harus menyeberang jalan untuk sampai ke dalam lapangannya. Tapi di Semarang ini jalannya besar banget cuy. Dan akhirnya aku terpaksa menyeberang serampangan di depan Optik Melawai.

Sampai di tengah, banyak orang yg bersantai di rerumputan dengan anak-anaknya. Aku melewati mereka sambil tersenyum wandering around dan melihat langit yg gelap namun diterangi cahaya lampu bangunan-bangunan sekeliling Simpang Lima. Senang rasanya. Meski cuma melihat-lihat. Aku habiskan waktu di sana dengan memotret apa yang bisa aku potret, dan tentu saja berselfie dengan tulisan Simpang Lima. Haha..

Di dekat Simpang Lima ada Masjid Simpang Lima yg lumayan besar, dan Mall Ciputra di sebelah utaranya. Aku mengunjungi keduanya. Karena tidak ada tempat lain yg bisa kukunjungi sebetulnya. Haha.. Meski agak sedih karena Mall lagi Mall lagi, tapi aku tetap senang. Berjalan sendiri di Mall yang baru, dan juga mengunjungi Masjid yang baru. Banyak pengunjung dari luar kota yang beristirahat di sini. Terlihat banyak juga bus pariwisata yang parkir di sekitaran masjid. Ada banyak juga anak-anak muda dengan jaket kampus yg duduk-duduk di sekitaran masjid itu. Bukankah itu pertanda mereka sedang 'study tour'? Iya bukan ?

Lelah, aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel.

Udah ? Gitu doank ? Hehehe, maafkan.

Namanya juga baru pertama kali dan mencoba pengalaman baru, ini sudah termasuk bagus banget kan. Hehehe..

Sebelum kembali ke hotel, aku sempatkan ke Indomaret untuk membeli snack dan minuman. Ini wajib bagiku karena di sekitaran hotel tidak ada minimarket yang dekat. Untunglah sekitar Simpang Lima sini ada Indomaret Point. Aku berjalan ke sana sebentar, melewati banyak anak muda yang nongkrong di malam minggu yg ramai ini.

Kupesan ojol, dan voila, sampailah di hotel.

Let's take a bath, siapin snack, nonton Viu, bobo. Hahaha

==============================================

Esok paginya jika tidak lelah dan tidak mager, sebetulnya ada banyak hal yg bisa dilakukan. Seperti cari sarapan legend, coba naik bus wisata, foto-foto sudut kota, dst.

Tapi karena aku mager, jadilah aku baru check out jam 10 lebih di hari Minggu. Awalnya aku check out dan keluar jalan kaki menyusuri MT Haryono ke selatan. Kemarin malam aku melihat ada toko batik yang seperti semacam oleh-oleh, dan harganya dipajang nyata di luar toko. Murah. Jadi aku ingin mencoba mengunjunginya.



Aku jalan kaki cukup jauh ke arah selatan, panas tentu. Tapi tetap kulakukan karena menggunakan ojol lebih mahal dengan jarak yg tidak terlalu jauh. Aku berhenti beberapa kali untuk istirahat karena lelah, namun akhirnya sampai juga di Batik Benang Raja.

Entahlah aku tidak tahu apa ini tempat terkenal atau tidak, tapi mobil dan sepeda motor tampak mengerumuni toko itu. Ada securitynya juga, seperti layaknya tempat terkenal. Bangunannya pun modern, kira-kira tiga lantai. Aku masuk dan seneng banget karena kena AC. Haha..

Ternyata benar, murah-murah. Di tiap lantai ada petugas flooring paling tidak 1 orang. Dan tiap lantai dipenuhi pengunjung. Kebanyakan sepertinya memang berwisata dan di sana untuk membelikan oleh-oleh, karena memang murah. Harga bermacam-macam, ada yg 50rb hingga 200rb ke atas. Bahannya sih mengikuti harga ya kalau kata aku. Seperti halnya batik-batik dgn harga miring, bahannya juga menyesuaikan. Sebetulnya bakal cocok untuk oleh-oleh, namun ya tetap saja ini tidak sesuai dengan konsepku yg minimalis. Jadi aku tetap tidak membeli, wkwkwk. Hanya saja, jika kamu memang ke Semarang untuk berwisata dan berniat membeli oleh-oleh, you might consider this one.

Setelah puas berbelanja ngadem, aku ke seberang toko ini. Di seberang ada Erha Clinic. Kebetulan aku sedang butuh membeli sesuatu dari sana. Jadi aku menyeberang dan kembali melanjutkan kegiatanku ngadem. Tapi kalau yg ini aku beli lho guys.. Wkwkwkw.

Selepas dari Erha Clinic, aku mencari tempat makan yg kiranya bisa aku pakai untuk kembali ngadem dan nongkrong. Kupilihlah KFC. Wkwwkkwk. Udah jangan dibully.

Aku pesan ojol, karena kali ini tidak bisa ditolerir lagi karena jauh sekali. Aku pilih KFC yg sekiranya mendekati area Stasiun Tawang supaya aku bisa berjalan-jalan sebelum pulang kembali ke Surabaya. Setibanya di KFC jalan Pemuda, aku memesan makananku, cari tempat duduk pojokan dan makan sambil nonton Viu. Perfect.




Selepas makan dan puas nonton. Aku keluar KFC dan menyusuri pinggiran jalan Pemuda tersebut. Oiya, di sekitar area sini, ada Loenpia Mbak Lien dan Lunpia Cik Me Me. Sepertinya dua merk itu bagus, terlihat iklannya di mana-mana. Jadi jika mau membeli oleh-oleh makanan, bisa jadi lho mempertimbangkan dua tempat itu untuk dikunjungi sebelum pulang.

Back to jalan-jalan minimalis, tentu aku tidak beli.

Aku jalan kaki menyusuri Jalan Pemuda menuju arah Stasiun Tawang. Ke arah Stasiun Tawang artinya juga ke arah Kota Lama. Cocok.

Jika berjalan dari arah Pemuda, maka aku akan disambut oleh suatu blok yg desain bangunannya mencolok beda sendiri. Ada semacam watergate dan jembatan gitu, dan jika menyeberanginya, kita sudah menginjakkan kaki di Kota Lama.

Banyak orang ternyata. Dan tempat-tempat yg cuma bisa aku lihat di Google Maps seperti 3D Trick Art Museum, Dream Museum, Spiegel Bar and Resto serta Marba Semarang itu semua ternyata ada di blok ini, blok Kota Lama. Jadi ini adalah suatu kawasan guys. Mereka ternyata bukan suatu tempat seperti sebuah toko di pinggir jalan raya yg ramai kendaraan dan bus, tapi mereka adalah suatu tempat yg bisa dikunjungi dengan berjalan kaki, secara nyaman. Jadi akan banyak orang yg jalan kaki di area ini, mostly wisatawan.








Yang menyenangkan adalah akhirnya aku bisa menemukan sendiri di mana spot-spot Instagram itu. Tulisan Marba, tulisan Spiegel, foto lah dengan background itu. Namun karena aku merasa awkward sendirian di sana, aku akhirnya tidak mengambil foto fancy seperti sebelumnya. Huhu.

Tapi tak apa, aku sudah cukup senang bisa mengunjungi tempat ini sendiri (alasan lagi).

Jika lelah, ada Indomaret yg siap menawarkan kita minuman rasa-rasa yang segar + es krim. Ada juga taman untuk duduk-duduk, di mana di sekitar taman itu ada semacam papan penunjuk suhu saat itu. 37 derajat C. Hemm..

Puas. Aku berjalan ke stasiun karena sudah mendekati jadwal keretaku.

Lokasinya dekat, sama seperti pertama kali aku turun di stasiun dan berjalan kaki ke Soto Seger. In fact, aku melewatinya juga ketika berjalan balik pulang.

Oke, sepertinya harus disudahi. Print tiket, pastikan sudah sesuai. Belilah makanan dan minuman untuk persediaan di kereta, karena bisa jadi nanti kamu akan lapar. Perjalanan kereta Dharmawangsa yg aku pilih ini memakan waktu 4 jam 10 menit untuk sampai di Surabaya Pasar Turi. Berangkat pukul 15.20 dan tiba di Surabaya Pasar Turi pukul 19.30. Harga tiketnya tidak semurah Maharani, namun jadwalnya yg cocok yaitu sore hari membuatku memesan tiket itu. Dharmawangsa sebetulnya kereta dari Jakarta yang menghubungkannya dengan Surabaya. Dari Semarang Tawang, ia dihargai Rp 80.000 saja. Lumayan lah, tidak begitu jauh bedanya dari Maharani.





Tapi kamu harus bersiap. Keretanya tidak akan senyaman Maharani. Layoutnya ABC-DE, dan dia seperti kereta ekonomi pada umumnya : berhadap-hadapan. Karena banyak penumpang dari Jakarta, wajar jika kita naik dari Semarang sudah dalam posisi penuh penumpang.

Tapi tak apa, toh aku bisa selamat sampai kembali pulang ke Surabaya. Pukul 19.30 aku tiba di Surabaya Pasar Turi, feeling grateful, dan menuju parkiran untuk reunian dengan motor Varioku.

Selesai deh.

Hehe, sepertinya karena perjalanan ini newbie banget ya karena pertama kalinya traveling sendirian, sepertinya aku akan kembali lagi ke Semarang. Mungkin mencoba dengan minimal 1 partner. Memang mungkin keberadaan partner itu sangat vital. Ia bisa menjadi fotografer kita, ia bisa menjadi penangkal awkward kita, ia bisa menjadi penghibur dan penyemangat kita, dan ia bisa menjadi tukang ngomel-ngomel jika kita kebanyakan mager di hotel dan nggak keluar-keluar. Hehehe..

Untuk traveling ini, uang yang telah aku keluarkan adalah sbb :

Tiket kereta PP : Rp 49.000 + Rp 80.000 = Rp 129.000
Hotel Reddoorz dengan kode promo = Rp 125.750
Ojol sekitar 5 kali = Rp 40.000
Makan Soto + Es Teh + Sate Kerang = Rp 22.000 (ini aku agak lupa, tapi sepertinya iya segini)
Teh Pucuk + Pocky di Indomaret = Rp 12.000 (sama, ini kira-kira)
Makan AUCE = Rp 109.000 (Rp 99.000 + ppn nya)
Snack beli di Indomaret utk nonton Viu = Rp 30.000 (yah sekitar segini lah)
Erha = Rp 433.500
KFC = Rp 47.500
Minum di Indomaret Kota Lama = Rp 5.000 (lupa beli apa)
Roti'O di Stasiun Tawang = Rp 12.000
Beli Minum di Indomaret Stasiun = Rp 5.000 (lupa juga beli apa)
Parkir Motor di Surabaya Pasar Turi = Rp 10.000 (sepertinya sih lebih, tapi aku juga lupa persisnya. Murah kok)

Total = Rp 980.750

Tapi itu setengahnya adalah belanja krimnya Erha ya. Wkwkwkw.
Jika kalian ngak makan AUCE, nggak beli Erha, ya bisa lah cuma habis Rp 500.000. Kurang dari itu juga malah lebih bisa, dengan nggak makan KFC, nggak snack Indomaret, dan jalan kaki ke manapun.

==================================
Okay, thank you for reading.

See you on my next trip~

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his office
05022020 15:51










Friday, October 25, 2019

My First Trip to Singapore - Day 3 (Last)


Finally it's the last day of my first trip to SG~

Sesuai gambar di bagian pembuka tersebut, destinasi pertama yg akan dikunjungi di pagi hari adalah Masjid Sultan. Well, entah kenapa rasanya kayak wajib banget ke tempat ini. Mungkin karena kami muslim kali ya, jadinya kudu menemui suatu masjid ketika di tempat asing apalagi luar negeri. Dan begitulah, perjalanan hari terakhir di SG akan dibuka dengan Masjid Sultan.

Monday, October 14, 2019

My First Trip to Singapore - Day 2


Hello~
I know it's been a long time since I promise you the next chapter of my trip to Singapore. Okay I'm sorry, job can be stressful sometimes right ?

Oke, dengan alasan sedemikian rupa, nggak usah banyak cingcong akan aku mulai cerita tentang Day 2 di SG ! Yehhey~

Wednesday, July 3, 2019

My First Trip to Singapore - Day 1


Hello guys,
Thank you for waiting post Day 1 nya yaa. Hahaha siapa juga yang nungguin. Emang hari-hariku sedang sibuk dengan kerjaan, tapi berhubung Trip to SG nya bulan Juni, duh paling nggak aku pengen post Day 1 di bulan Juni juga.

Sunday, June 23, 2019

My First Trip to Singapore - Preparation



Hello, kali ini aku akan mencoba menulis sebuah post yang berisikan my first experience traveling abroad. Sekalian latihan buat jadi travelblogger kali ya~ Haha.

Jadi, I had my first trip to Singapore at 14th to 16th of June 2019. It was my first time traveling that far. Sebelumnya aku tidak pernah traveling ke luar pulau Jawa,