Well, long time no see.
Enough said.
Post terakhir bulan Januari. Sudah berabad-abad yang lalu sejak gue menulis di blog. Waow !
Alasannya 1, skripsi. 2, mencari kerja. 3, males karena terlanjur udah lama. Hahaha..
---
Okay, what will we discuss today ? Hmm, I'm in Bandung right now, exactly at ITB. Using faster wifi than in my own campus. Nothing to do, and I decided to write this.
Masalah pekerjaan. Ya, gue sekarang ini sedang sibuk mencari kerja. Sibuk menghamburkan duit juga, sibuk main-main, sibuk nggak faedah, sibuk jadi sampah masyarakat, sibuk nggak produktif, you mention it.
Bener-bener stressful. Satu per satu temen-temen seangkatan gue dapet pekerjaan mereka. Sementara gue sibuk di kosan dan bernafas, tanpa ada satu pun company yang memanggil gue untuk sekedar interview. Ya, agenda gue sejak 3rd week of November sudah kosong, tidak ada lagi proses yang sedang dan akan gue lakuin. Ada satu company yang akan mengadakan job discussion with me, but yeah.. Only one. Well, disyukuri saja daripada tidak sama sekali kan ?
---
Gue pernah melamunkan hal ini, tentang bagaimana manusia hidup. Well, karena gue begitu stresnya masih meminta-minta uang ke keluarga untuk menyambung hidup sementara gue berstatus lulusan Universitas ternama di Indonesia, gue pun akhirnya melamunkan banyak hal yang tidak pernah gue bayangin ketika gue SD.
Gue mulai melayangkan imajinasi, "Enak kali ya jadi keturunan ke 1 sampai 7 dari orang kaya tujuh turunan ?" Nggak perlu mencari kerja, aktivitasnya hanya bersenang-senang dan menikmati harta. Dan kalaupun mau bekerja, modal sudah sangat tersedia, melanjutkan bisnis keluarga pun silahkan, atau lebih ekstremnya lagi kayak di drama-drama Korea di mana anak presdir yang kerjanya main-main dan ngeclub doank tiba-tiba ditunjuk jadi manager. Enak banget. Waow.
Gue layangkan pikiran ke hal lain. "Enak ya, temen-temen gue yang cewek. Di dunia yang masih agak kental sistem patriarkalnya, seperti di Indonesia, gagal dan capek mencari kerja bisa tinggal nunggu dilamar cowok tajir." Sementara cowok ? Haruslah punya pekerjaan, entah itu untuk dirinya sendiri atau untuk istri dan anak-anaknya kelak. (Well, ada banyak juga cewek yang nggak berpikiran begini, I mean feminists, tapi yah kalau dikembalikan ke fakta yang terjadi di lapangan, masih banyak juga yang berpikiran tradisional seperti tadi, so NO BASHING ya)
Itu artinya jadi Istri, atau ibu rumah tangga. Mari kita layangkan pikiran lagi ke yang lebih ekstrem. "Enak kali ya jadi Pekerja Seks, entah itu pelacur pria maupun perempuan. Pekerjaannya merupakan sesuatu yang alamiah (having sex), di mana hampir tiap manusia menikmatinya, dan juga ia mendapatkan uang untuk hidup dari pekerjaannya yang merupakan bagian dari hidup." Well, kenapa gue bilang 'having sex' merupakan bagian dari hidup, karena yah manusia pada suatu saat akan having sex juga. Sesuatu yang nikmat, bahkan agama juga bilang itu sesuatu yang sakral, harus dilakukan setelah menikah, dan itu esensi hidup juga. Gak bisa dipungkiri lah having sex merupakan salah satu bagian dari hidup manusia. Bagaimana bisa bayi yang suci lahir kalau tanpa melalui sex ? (Oke, tolong kecualikan kelainan fisik dan mental lainnya seperti misalkan orang yang nggak mau sex, atau orang yang alat seksualnya memiliki gangguan. Itu tidak terhitung.)
Dan dengan mengambil kesimpulan dari paragraf sebelumnya, "Enak donk ya jadi pornographic actor/actress ?" Kerjanya bersenang-senang, having sex dengan cowok/cewek cakep dan seksi, dapet duit pula. Gue pernah membaca interview salah satu media dengan pornographic actor yang terkenal. Dan dalam interview itu, ia mengungkapkan kebanggaannya jadi artis porno. Gimana ya, kalau nggak salah inti omongannya kayak gini "Itu adalah pekerjaan terbaik saya, saya bisa dapatkan uang banyak darinya, dan tugas saya hanya melakukan hal yang saya sukai, yaitu seks. Saya sekarang punya apartemen sendiri di somewhere, dan punya bisnis restoran di somewhere." Well, bisa dibayangkan bukan, betapa logisnya hal tersebut.
Lantas apakah yang seperti demikian tersebut bisa dikatakan pekerjaan ? Anak orang kaya, ibu rumah tangga, pelacur hingga porn actor/actress ? Orang pasti akan bilang pelacur dan porn actor itu gak halal, pekerjaan haram, dan selanjutnya dan selanjutnya. Dan juga orang akan bilang ibu rumah tangga itu memang kodrat perempuan (which feminists often oppose). Lalu anak orang kaya itu berkah luar biasa, miracle, keajaiban.
Tapi kalau kita bicara soal kewajiban dan resiko, ibu rumah tangga juga tidak boleh lengah akan pekerjaan yang menantinya. Dia memiliki tugas mengurus rumah tangga, mengurus anak, and you mention it. Tidak gampang juga menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaannya mewajibkannya bangun lebih awal untuk mengurus sarapan suami dan anak, pagi mungkin akan dihabiskan mengurus anak dan mengantarnya ke sekolah, sekembalinya ke rumah harus membersihkan rumah, belanja ke pasar, memasak untuk makan siang, dan silahkan lanjutkan sendiri. Selalu ada plus minusnya menjadi sesuatu.
Sementara pelacur pria maupun perempuan, dan juga porn actor/actress, mereka juga beresiko mati lebih awal karena STD (Sexually Transmitted Disease) karena kegiatan seksual mereka yang lebih aktif daripada orang biasa. Mereka berkewajiban menjaga dirinya sendiri dengan secara rutin memeriksa kesehatan dan memakai pengaman untuk mencegah menularnya STD. Well, teknologi memang sudah berkembang dan memudahkan para pekerja seksual untuk meminimalisir terkena penyakit tersebut, namun hidup dalam ancaman sepersen pun terkena STD juga merupakan sesuatu yang mereka emban setiap hari. Banyak juga yang mengkhawatirkan hal ini karena sekali terkena, nyawa ancamannya. Karena sepengetahuan gue, obat untuk HIV/AIDS masih belum ada, adanya hanya untuk mencegah dan memperlambat. Well, kalaupun sudah ada, belum tersedia bagi banyak orang, yang artinya sangat sangat sulit didapatkan.
Banyak sekali juga para pekerja seks yang hati nurani mereka sebenarnya mengatakan tidak mau. Merasa gelisah dan berdosa ketika hendak melakukan aktivitas mereka. Dan banyak pula yang ingin segera 'mentas' dari dunia yang mereka geluti. Well, ada juga kasus berbeda di mana porn actor menikmati pekerjaannya seperti yang gue sebut di atas.
Tapi yang hendak gue katakan adalah, ternyata semuanya adalah pekerjaan. Setiap diri kita adalah manusia yang bekerja. Tidak ada yang secara murni tidak melakukan apa-apa. Mungkin hanya orang koma di rumah sakit yang benar-benar tidak melakukan apapun.
Bahkan pengangguran pun memiliki aktivitas ! Yaitu mencari kerja.
Pekerja seks pun bekerja melayani hasrat seksual klien.
Tukang ngamen bekerja menghibur orang yang makan di tempat makan atau orang duduk di angkot.
Dan you mention it, semua punya pekerjaan, aktivitas, yang harus mereka lakukan. Semuanya butuh untuk terus bergerak untuk bisa survive.
Dan here I am, masih bingung memilih pekerjaan dan mencarinya. Sembari gue melamunkan pertanyaan gue "Kenapa semua orang harus bekerja ?" Jawabannya mungkin adalah "Supaya bisa survive", karena makanan untuk bertahan hidup sekarang harus dibeli dari uang. Dan kalau ingin mendapatkan makanan tanpa membelinya menggunakan uang, seseorang harus bergerak, beraktivitas untuk menanam tanaman untuk dimakan, serta mencari air dan memburu hewan untuk dimakan juga. Dan juga pertanyaan "Mengapa kita harus survive ?" Jawabannya adalah "Ya apa boleh buat?". Karena kita terlanjur terlahir di dunia ini dan secara alamiah kita diberikan dorongan untuk hidup, jadi kita secara otomatis terprogram untuk takut mati. Dan oleh karenanya kita secara otomatis maut tidak mau harus mencari makanan, dengan uang, dengan cara bekerja.
---
Yang belum bisa gue temukan bebannya mungkin adalah pengemis, anak orang kaya, dan juga istri orang kaya yang nggak perlu ngurus rumah tangga yang aktivitasnya hanya shopping dan ngerumpi bareng istri orang kaya lainnya.
Well, mungkin kalian bisa membantu gue menemukan jawabannya ?
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At ITB's Library
Looking for lunch soon
23112015-16:24
Enough said.
Post terakhir bulan Januari. Sudah berabad-abad yang lalu sejak gue menulis di blog. Waow !
Alasannya 1, skripsi. 2, mencari kerja. 3, males karena terlanjur udah lama. Hahaha..
---
Okay, what will we discuss today ? Hmm, I'm in Bandung right now, exactly at ITB. Using faster wifi than in my own campus. Nothing to do, and I decided to write this.
Masalah pekerjaan. Ya, gue sekarang ini sedang sibuk mencari kerja. Sibuk menghamburkan duit juga, sibuk main-main, sibuk nggak faedah, sibuk jadi sampah masyarakat, sibuk nggak produktif, you mention it.
Bener-bener stressful. Satu per satu temen-temen seangkatan gue dapet pekerjaan mereka. Sementara gue sibuk di kosan dan bernafas, tanpa ada satu pun company yang memanggil gue untuk sekedar interview. Ya, agenda gue sejak 3rd week of November sudah kosong, tidak ada lagi proses yang sedang dan akan gue lakuin. Ada satu company yang akan mengadakan job discussion with me, but yeah.. Only one. Well, disyukuri saja daripada tidak sama sekali kan ?
---
Gue pernah melamunkan hal ini, tentang bagaimana manusia hidup. Well, karena gue begitu stresnya masih meminta-minta uang ke keluarga untuk menyambung hidup sementara gue berstatus lulusan Universitas ternama di Indonesia, gue pun akhirnya melamunkan banyak hal yang tidak pernah gue bayangin ketika gue SD.
Gue mulai melayangkan imajinasi, "Enak kali ya jadi keturunan ke 1 sampai 7 dari orang kaya tujuh turunan ?" Nggak perlu mencari kerja, aktivitasnya hanya bersenang-senang dan menikmati harta. Dan kalaupun mau bekerja, modal sudah sangat tersedia, melanjutkan bisnis keluarga pun silahkan, atau lebih ekstremnya lagi kayak di drama-drama Korea di mana anak presdir yang kerjanya main-main dan ngeclub doank tiba-tiba ditunjuk jadi manager. Enak banget. Waow.
Gue layangkan pikiran ke hal lain. "Enak ya, temen-temen gue yang cewek. Di dunia yang masih agak kental sistem patriarkalnya, seperti di Indonesia, gagal dan capek mencari kerja bisa tinggal nunggu dilamar cowok tajir." Sementara cowok ? Haruslah punya pekerjaan, entah itu untuk dirinya sendiri atau untuk istri dan anak-anaknya kelak. (Well, ada banyak juga cewek yang nggak berpikiran begini, I mean feminists, tapi yah kalau dikembalikan ke fakta yang terjadi di lapangan, masih banyak juga yang berpikiran tradisional seperti tadi, so NO BASHING ya)
Itu artinya jadi Istri, atau ibu rumah tangga. Mari kita layangkan pikiran lagi ke yang lebih ekstrem. "Enak kali ya jadi Pekerja Seks, entah itu pelacur pria maupun perempuan. Pekerjaannya merupakan sesuatu yang alamiah (having sex), di mana hampir tiap manusia menikmatinya, dan juga ia mendapatkan uang untuk hidup dari pekerjaannya yang merupakan bagian dari hidup." Well, kenapa gue bilang 'having sex' merupakan bagian dari hidup, karena yah manusia pada suatu saat akan having sex juga. Sesuatu yang nikmat, bahkan agama juga bilang itu sesuatu yang sakral, harus dilakukan setelah menikah, dan itu esensi hidup juga. Gak bisa dipungkiri lah having sex merupakan salah satu bagian dari hidup manusia. Bagaimana bisa bayi yang suci lahir kalau tanpa melalui sex ? (Oke, tolong kecualikan kelainan fisik dan mental lainnya seperti misalkan orang yang nggak mau sex, atau orang yang alat seksualnya memiliki gangguan. Itu tidak terhitung.)
Dan dengan mengambil kesimpulan dari paragraf sebelumnya, "Enak donk ya jadi pornographic actor/actress ?" Kerjanya bersenang-senang, having sex dengan cowok/cewek cakep dan seksi, dapet duit pula. Gue pernah membaca interview salah satu media dengan pornographic actor yang terkenal. Dan dalam interview itu, ia mengungkapkan kebanggaannya jadi artis porno. Gimana ya, kalau nggak salah inti omongannya kayak gini "Itu adalah pekerjaan terbaik saya, saya bisa dapatkan uang banyak darinya, dan tugas saya hanya melakukan hal yang saya sukai, yaitu seks. Saya sekarang punya apartemen sendiri di somewhere, dan punya bisnis restoran di somewhere." Well, bisa dibayangkan bukan, betapa logisnya hal tersebut.
Lantas apakah yang seperti demikian tersebut bisa dikatakan pekerjaan ? Anak orang kaya, ibu rumah tangga, pelacur hingga porn actor/actress ? Orang pasti akan bilang pelacur dan porn actor itu gak halal, pekerjaan haram, dan selanjutnya dan selanjutnya. Dan juga orang akan bilang ibu rumah tangga itu memang kodrat perempuan (which feminists often oppose). Lalu anak orang kaya itu berkah luar biasa, miracle, keajaiban.
Tapi kalau kita bicara soal kewajiban dan resiko, ibu rumah tangga juga tidak boleh lengah akan pekerjaan yang menantinya. Dia memiliki tugas mengurus rumah tangga, mengurus anak, and you mention it. Tidak gampang juga menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaannya mewajibkannya bangun lebih awal untuk mengurus sarapan suami dan anak, pagi mungkin akan dihabiskan mengurus anak dan mengantarnya ke sekolah, sekembalinya ke rumah harus membersihkan rumah, belanja ke pasar, memasak untuk makan siang, dan silahkan lanjutkan sendiri. Selalu ada plus minusnya menjadi sesuatu.
Sementara pelacur pria maupun perempuan, dan juga porn actor/actress, mereka juga beresiko mati lebih awal karena STD (Sexually Transmitted Disease) karena kegiatan seksual mereka yang lebih aktif daripada orang biasa. Mereka berkewajiban menjaga dirinya sendiri dengan secara rutin memeriksa kesehatan dan memakai pengaman untuk mencegah menularnya STD. Well, teknologi memang sudah berkembang dan memudahkan para pekerja seksual untuk meminimalisir terkena penyakit tersebut, namun hidup dalam ancaman sepersen pun terkena STD juga merupakan sesuatu yang mereka emban setiap hari. Banyak juga yang mengkhawatirkan hal ini karena sekali terkena, nyawa ancamannya. Karena sepengetahuan gue, obat untuk HIV/AIDS masih belum ada, adanya hanya untuk mencegah dan memperlambat. Well, kalaupun sudah ada, belum tersedia bagi banyak orang, yang artinya sangat sangat sulit didapatkan.
Banyak sekali juga para pekerja seks yang hati nurani mereka sebenarnya mengatakan tidak mau. Merasa gelisah dan berdosa ketika hendak melakukan aktivitas mereka. Dan banyak pula yang ingin segera 'mentas' dari dunia yang mereka geluti. Well, ada juga kasus berbeda di mana porn actor menikmati pekerjaannya seperti yang gue sebut di atas.
Tapi yang hendak gue katakan adalah, ternyata semuanya adalah pekerjaan. Setiap diri kita adalah manusia yang bekerja. Tidak ada yang secara murni tidak melakukan apa-apa. Mungkin hanya orang koma di rumah sakit yang benar-benar tidak melakukan apapun.
Bahkan pengangguran pun memiliki aktivitas ! Yaitu mencari kerja.
Pekerja seks pun bekerja melayani hasrat seksual klien.
Tukang ngamen bekerja menghibur orang yang makan di tempat makan atau orang duduk di angkot.
Dan you mention it, semua punya pekerjaan, aktivitas, yang harus mereka lakukan. Semuanya butuh untuk terus bergerak untuk bisa survive.
Dan here I am, masih bingung memilih pekerjaan dan mencarinya. Sembari gue melamunkan pertanyaan gue "Kenapa semua orang harus bekerja ?" Jawabannya mungkin adalah "Supaya bisa survive", karena makanan untuk bertahan hidup sekarang harus dibeli dari uang. Dan kalau ingin mendapatkan makanan tanpa membelinya menggunakan uang, seseorang harus bergerak, beraktivitas untuk menanam tanaman untuk dimakan, serta mencari air dan memburu hewan untuk dimakan juga. Dan juga pertanyaan "Mengapa kita harus survive ?" Jawabannya adalah "Ya apa boleh buat?". Karena kita terlanjur terlahir di dunia ini dan secara alamiah kita diberikan dorongan untuk hidup, jadi kita secara otomatis terprogram untuk takut mati. Dan oleh karenanya kita secara otomatis maut tidak mau harus mencari makanan, dengan uang, dengan cara bekerja.
---
Yang belum bisa gue temukan bebannya mungkin adalah pengemis, anak orang kaya, dan juga istri orang kaya yang nggak perlu ngurus rumah tangga yang aktivitasnya hanya shopping dan ngerumpi bareng istri orang kaya lainnya.
Well, mungkin kalian bisa membantu gue menemukan jawabannya ?
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At ITB's Library
Looking for lunch soon
23112015-16:24
Dear Kumara
ReplyDeleteHai,hai,hai, Mas Kum
Beban pengemis : dia membandingkan dirinya dengan orang yang selalu memberinya, dan selalu bertanya, kapan dia bisa seperti pemberi...itulah bebannya. Dia juga bekerja keras harus keluar jam 8 pagi sd jam 17.00 kadang lembur juga, kadang kosong misalnya kena razia satpol PP.
Istri orang kaya : Beban mereka adalah mereka merasa hanya sebagai objeck mainan atau boneka dari suami mereka, krn ada titik dimana mereka bosan menadi mainan suami mereka, mereka ingin dianggap manusia jua (self actualization - Mashlow), masalahnya kekayaan suami mereka membuat mereka harus tunduk pada peraturan suamu mereka. Berbahagialah istri orang kaya namun tetap boleh berprestasi seperti Hilary Clinton, Sri Mulyani.
Anak orang kaya : beban mereka, adalah saat kekayaan orang tua mereka manampar kemampuan mereka untuk menjadi diri sendiri, saat mereka ingin melakukan mimpi mereka sendiri namun tidak bisa karena harus meneruskan usaha keluarga, padahal jiwa mereka ingin hidup bukan, ingin menjadi diri sendiri. Inilah mengapa mereka menghambur-hamburkan uang, karena merasa ada kekosongan di dalam jiwa.
Bersyukur dan Optimis inilah sebenarnya jadi point utama kehidupan, tidak ada alasan untuk tidak bahagia apapun takdir dan tantangan hidup kita.
Semangat Mas Kum...
Jangan menyerah sampai kapanpun jangan menyerah.
Pelan-pelan dilakukan itu kamu yang bilang loh.