Gue berdosa. Ya, gue
berdosa pada kalian semua pemirsa WTP. Mohon maafkan author kalian ini yang
sering banget melewatkan waktu untuk nulis di blog. Mau gimana lagi ? 2013
sangat penuh dengan kegiatan yang menguras waktu, tenaga, pikiran. Ulang tahun
WTP pun nggak dirayakan. Berdosa banget nggak sih ?
Cuman, di akhir tahun ini gue merasa dorongan menulis
sesuatu sangatlah besar. Gue merasa gue bakal nyesel seumur hidup kalo nggak
nulis sesuatu di akhir tahun ini. Ya, paling nggak, sebuah review satu tahun
perjalanan hidup gue. Perjalanan hidup di tahun 2013 yang penuh sesak dengan
berbagai momen. Tertawa, menangis, sedih, marah, semua perasaan jadi satu.
Gue bersyukur pula, di tahun ini gue udah bikin kalender
agenda di Binder gue. Paling nggak agenda itu udah berhasil berfungsi sebagai
buku harian yang efektif. Dan dari sana juga, gue lebih bisa mengorganisir
kegiatan-kegiatan gue. Agenda itu pula yang bikin gue gampang melacak kegiatan
gue sebelum-sebelumnya. Dan, indeed, 2013
sangat berkesan bagi gue, tak kurang dari tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini gue masuk bergabung dalam BEM FIB UI 2013, masuk
dalam tim Pusgerak. Di sini gue belajar banyaaak banget, terutama tentang
organisasi, dan isu politik di kampus dan luar kampus. Gue ngerti caranya
membuat kajian, bagaimana merumuskan dan menyebar kuesioner, dan kegiatan
analitik lainnya. Di sini juga gue bisa bertemu, berkenalan dengan orang-orang
luar biasa di FIB, anak-anak BEM dan DPM. Mustahil bagi gue untuk bisa dekat
dengan orang-orang seperti itu kalau nggak menerima tawaran Rizki untuk gabung
dalam Pusgerak. Oleh karena itulah gue berterimakasih banget sama Rizki, for
bringing me to the world of BEM.
Di tahun ini pula, gue bersama Diana mendeklarasikan diri
sebagai mahasiswa petualang, mahasiswa pencari tiket promo, dan mahasiswa tukang
numpang dan ga modal. Ya, Maret 2013 adalah awal dari kehidupan gue yang mulai
nggak takut lagi traveling. Mulai dari Rapat Musyawarah Kerja BEM ke Ciwidey,
Bandung, seminggu kemudian gue dan Diana melancong jauh ke Malang dengan tiket
promo. Berkelana di Malang, pinjam motor sana-sini, keliling nggak jelas,
foto-foto, video-video, membeli oleh-oleh, bersenang-senang. Dan perjalanan itu
merupakan perjalanan dalam rangka Long Spiritual Journey gue karena dilukai
oleh cinta. Cinta yang meninggalkan gue
begitu aja ketika ia sudah bosan.
Gara-gara pengalaman di tahun 2012, di 2013 gue udah mulai
gencar mendaftar berbagai beasiswa. ASTRA, BOPB, Karya Salemba Empat, XL Future
Leader, dan sebagainya. Meskipun satupun tak ada yang berhasil, gue di akhir
tahun ini merasa ikhlas dan bersyukur pernah mencoba mendaftar. Awalnya, gue
memang merasa desperate banget karena selalu gagal melamar beasiswa. Namun
sekarang gue udah bisa menerima hal itu, dan gue berpikir, lebih baik gue gagal
daripada nggak mencoba sama sekali. Yeah, that’s it !
Gue juga mulai berani ikut-ikut lomba ! OIM FIB UI jadi
lomba pertama gue di kampus. Nggak ada modal debat sama sekali, hanya modal
nekat, gue bareng Deny dan Rizki jadi satu tim untuk ikut dalam OIM Debat
Indonesia. Yah, meskipun gagal, sekali lagi gue bersyukur pernah mencobanya,
daripada nggak sama sekali.
Hahaha, di tahun 2013 gue mulai belajar otodidak Adobe
Photoshop. Gue beli buku Photoshop sama Ochy di toko buku, dan gue mulai paham
gimana caranya edit foto. Berkat Diana, gue pun berhasil debut sebagai
desainer. Diana mendatangkan pada gue job-tak-berbayar yakni desain X-Banner
untuk DPM. Mulai dari sana gue jadi volunteer desainer di DPM. Puncaknya adalah
Pemira FIB UI, dimana gue yang diamanahi jadi Deputi Litbang, malah kerja di
bidang HPD – desain-mendesain banner, baliho, surat suara, desain bilik, desain
kupon konsumsi.
Peer group juga salah satu yang gue dapetin di 2013. Gue
punya sahabat-sahabat deket dan gue menyebutnya geng Payung. Gue sih bergabung
di geng ini di akhir-akhir. Mereka udah settle duluan sebelum gue gabung. Dan
berkat dekat dengan mereka, gue mulai terbuka dengan yang namanya karaoke, dan
sekarang malah jadi maniak karaoke ! Thanks to Ochy, Anita, Tiffany yang bikin
suara gue jadi bisa terdengar di alam ini. Hahahhaa..
Hobi terpendam gue di bidang modelling dan eksis-mengeksis
juga keluar di tahun 2013. Dasar emang gue ini orangnya suka ngeksis juga, berawal
dari Kakang Mbakyu Tulungagung dan Raka Raki Jawa Timur, gue mulai ikut
kompetisi duta-dutaan lainnya. Yah meski satupun tak ada yang goal memuaskan,
cuman gue sekali lagi bersyukur udah pernah ikut gitu-gituan. Karena dengan
ikut gitu-gituan, gue bisa dapet kenalan yang luar biasa, membuka link dan
wawasan, menambah pengalaman, dan mengisi memori hidup gue. Dan mungkin nih
pemirsa, gue bakal ngelanjutin tren ikut gitu-gituan lagi tahun depan. Wish me
luck then ! :D
Gue ketagihan ikut kepanitiaan di tahun ini. Emang dasarnya
euforia pengen nambah embel-embel di CV ya, gue bareng Diana sering banget
ngomongin tentang kepanitiaan ini itu. Dan alhasil, gue ikut deh panitia OKK
UI, PSA Mabim-yang kemudian diputihin, panitia acara-acara kampus lainnya, yang
puncaknya adalah Pemira FIB UI dimana gue ditawarin untuk jadi Deputi Litbang.
Dalam hati gue saat itu : “Akhirnya naik jabatan jadi Deputi. Daridulu jadi
Staff mulu.” Hahaha.. Namun sekali lagi pemirsa, sekaliii lagi gue bersyukur
pernah ikut kepanitiaan-kepanitiaan ini, karena gue bisa bertemu dengan
orang-orang yang luar biasa. Yah, orang-orang itu sekali lagi bisa pemirsa
lihat di artikel Thanks to. Merekalah yang membuat gue bisa berkembang menjadi
seperti ini, dan masih akan terus berkembang menuju kesempurnaan hidup.
Juni 2013, adalah awal di mana mindset gue dibuka
lebar-lebar. Di titik inilah gue baru menyadari betapa impian gue yang pengen
keliling dunia sangat dekat sekali di depan mata gue. Gue mulai ke
International Office di rektorat UI dan menyadari betapa dekatnya gerbang untuk
menuju dunia luar. Bukan dunia gaib pemirsa, sekali lagi saya fokuskan :
program exchange student dan summer course. Syarat yang fix nggak boleh nggak
adalah sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500. Satu hal yang membuat gue
tergoncang adalah, ketika mas-mas di International Office bilang bahwa ada satu
tawaran exchange ke Universitas di Australia, tapi dari seluruh mahasiswa di UI
tak ada satupun yang mendaftar. Dari situlah gue shock setengah mati. Andai
saja gue yang daftar, pasti gue sekarang udah nggak nulis blog di kamar kosan
yang kayak sarang tikus ini, tapi di luar negeri !
Menyadari skor TOEFL gue masih 477 ketika pertama masuk di
UI, semester 5 gue mulai dengan keputusan mantap untuk menjalani program TOEFL
Preparation di LBI FIB UI. Keputusan yang sangat berani menurut gue. Karena gue
masih belum berada di tahun akhir kuliah, tapi sudah mulai mengeluarkan kocek
tak sedikit untuk sekedar mendapatkan bimbingan TOEFL. Dan memang disinilah
hidup gue mulai berkembang dengan sangat signifikan. Gue mendapatkan cambukan
keras karena ketika tes penempatan, gue mendapatkan skor TOEFL yang jauh dari
dugaan. Saat itu gue berpikir “Ah, paling juga sekitaran 470an.” Namun Tuhan
berkata lain, skor gue malah di bawah 400, yang artinya gue lebih bego daripada
level dasar. Gue setengah nggak percaya setengah pasrah. Pas interview, alhasil
gue dimasukkan ke level dasar. Dan saat itu gue mulai bersungguh-sungguh dan
nggak mau meremehkan segala sesuatu lagi.
Buah manis mulai gue rasakan. Mid Test program TOEFL
Preparation membawakan pada gue skor yang memuaskan. 540. Skor yang udah cukup
untuk sekedar mendaftar program exchange di International Office. Namun karena
dorongan yang begitu kuat untuk bisa lebih baik lagi, gue nggak mau berpuas
diri dengan skor segitu. Temen-temen les gue, terutama mbak Esther, selalu
memberikan motivasi dan dorongan cita-cita yang sungguh luar biasa. Dari
wejangan-wejangan mbak Esther pula, gue mulai ada keinginan untuk mendapatkan
skor minimal 600. Mulailah gue belajar terus bersama mbak Esther, pak Rachman,
mbak Poety, mbak Hana, mbak Ima, pak Herry, dan sebagainya. Di puncaknya, Exit
Test membawakan gue nilai yang mengalami kenaikan sedikit. 568. Gue seneng,
karena sudah mencapai minimal skor 550. Namun gue tetep berusaha, dan nggak
berpuas diri dengan kemampuan gue. Dan karena itulah, gue terus belajar dengan
mbak Esther yang tak kenal lelah dan selalu optimis. Dan saat ini pula, gue
berharap hasil TOEFL ITP gue segera keluar dan membawa kabar bahagia.
Mbak Esther dan Mbak Ima. Mereka berdua jauh lebih tua dari
gue. Namun dengan bertemu dengan mereka di satu wadah yakni LBI FIB UI kelas
TOEFL Preparation Dasar, hidup gue berubah sangat drastis. Gue mulai
mendapatkan ilmu-ilmu yang nggak bakal sering didapatkan orang biasa seumuran
gue pada umumnya. Dari merekalah bangkit keinginan gue untuk mencoba untuk membukukan
WTP, dari mbak Esther terutama, mindset
gue terhadap dunia kerja, dunia entertainment, dunia konglomerasi, menjadi
terbuka. Cita-cita gue semakin jelas dan visi gue diperjelas dengan bertemu
mereka. Sekali lagi, hal inilah yang paling gue syukuri dalam tahun 2013. Terimakasih
sebanyak-banyaknya buat mereka. :D
Di dalam urusan interpersonal, gue dan sahabat sepanjang
masa gue, Fredy, masuk dalam tahap yang dalam. Kami mulai membuka rahasia kami
yang paling dalam dan terbuka satu sama lain. Detilnya apa, pemirsa tak perlu
tahu. Tapi yang penting, dengan terbukanya rahasia kami satu sama lain, kami
menjadi yakin bahwa kami adalah sahabat sepanjang hayat. Hal-hal yang melukai
hati gue di tahun sebelumnya, maupun di bulan Mei 2013, segalanya gue curahkan
pada Fredy. Dan gue bersyukur banget bisa terbuka padanya. Keterbukaan gue juga
nggak hanya pada Fredy. Di Depok sendiri pun, gue juga menjalani tahap persahabatan
yang dalam juga dengan Ochy. Dari sini, gue sudah mulai bisa melepaskan sedikit
beban berat dalam hidup gue. Ya, benar, dengan memiliki sahabat seperti mereka
yang bisa gue curhatin sedetil-detilnya.
Masalah cinta ? Tentu saja juga ada. 2013 memang pantes kalo
gue sebut sebagai tahun penyembuhan. Memang, di bulan Mei 2013 luka di hati gue
terbuka lagi dengan benturan lain yang datang. Selain itu, di Oktober, sang pembuat
luka datang kembali pada gue dalam satu malam di kereta. Luka di hati terbuka, meski
sudah mulai kebal. Gue mulai yakin luka gue sudah mulai sembuh dengan datangnya
masalah cinta di akhir tahun. Kediaman gue selama 3 bulan, pengejaran gue pada
cita-cita, visi baru gue dalam hidup, menjadi obat yang menurut gue cukup
mujarab sejauh ini. Dan untuk itu semua, gue bersyukur. Meski masih ada sedikit
perih, gue sekarang udah bisa menahan perih itu. Nggak seperti dulu yang terus
menerus menangis berhari-hari karena dirundung masalah cinta satu per satu.
Secara keseluruhan, mungkin itu saja. Tentu, ada banyak
sekali detil-detil yang nggak bisa gue ceritain panjang lebar di sini. Tapi
semua itu gue rasa udah terangkum seperti di atas. Satu hal yang gue paling
syukuri adalah, gue bisa mengalami pengalaman yang luar biasa, baik suka maupun
duka. Dan utamanya, ada pencerah di akhir tahun, yakni mbak Esther dan mbak
Ima. Dari mereka gue bakal menjalani 2014 dengan sangat optimis. Terimakasih
juga tak bisa gue lewatkan dari segala pedih dan perih yang telah bersahabat
dengan gue di 2013, karena dengan mereka gue belajar untuk berkembang. Terimakasih
pada segala kebahagiaan yang datang menghibur gue ketika sang perih datang,
karena dengan kebahagiaan itu, gue merasa ada harapan untuk masa depan gue.
2013, Thank You so Much.
2014, Be Good to Me, let us be friend !
Written by :
Kumara Ranudihardjo
With all of his feeling
On his bed, in his messy boarding room
29122013-11:36
No comments:
Post a Comment