Wednesday, July 10, 2013

The Meaning of Success

Bercermin dari segala duka berada di tanah perantauan ini, gue tiba-tiba ada pikiran keren buat artikel kali ini. Ya, gue sedang liburan. Namun di kala liburan UI yang hampir 3 bulan ini, gue memutuskan untuk mengorbankan masa liburan gue di rumah yang memiliki beragam fasilitas luar biasa itu hanya untuk mengikuti kegiatan positif di kampus, yakni acara ospek.


Berawal juga dari niatan dan cita-cita gue bersama Diana kalau kita di Universitas ini harus sukses ke depannya. Oleh karena itu, tiap waktu haruslah produktif dan berguna, kurangin waktu santai-santai nongkrong ngobrol yang tidak menghasilkan output yang kurang penting. Yah, dalam konteks ini, gue terpicu untuk mengikuti kepanitiaan. Nah, banyak banget yang gue rencanain di liburan 3 bulan ini. Dan lahan yang paling rame adalah kepanitiaan seputar mahasiswa baru dan kelulusan mahasiswa. Rancangan gue adalah, gue ikut berpartisipasi dalam OKK UI ( Orientasi tingkat Universitas nya UI ), PSA Mabim FIB UI ( yang ini tingkat Fakultas ), dan juga aktif di program mentoring Maba Filsafat 2013 ( yang kebetulan memang angkatan gue yang diamanahkan untuk menjaga maba 2013 ini ).

Oke, dengan kegiatan yang sudah dirancang seperti itu, bayangan gue adalah "Nggak apa kalau nggak bisa pulang, karena memang sibuk banget dan ada kerjaan positif, jadi nggak ada waktu untuk mikir yang galau-galau kangen rumah kangen temen-temen di kampung, kangen kulineran di kampung !"

Namun yang terjadi adalah sebaliknya pemirsa.
Karena sudah tidak ada lagi kegiatan perkuliahan, otomatis kehidupan gue di Depok ini hanya berkutat pada kosan, dengan segala kesendiriannya dan kesuramannya karena no facilities and no friends, at all !
Kegiatan rapat merapat kepanitiaan juga ternyata tidak se-penting yang gue rancangkan !
Di OKK, ekspektasi gue tentang rapat-rapatnya meleset jauh banget. Yang gue kira paling nggak kita bakal rapat seminggu 2 kali kek, ini malah rapat kalau ada yang penting doank. Otomatis nggak jelas donk kapan  sibuknya kapan nggaknya.. Dan sejauh ini, kami rapat bidang di OKK bisa diitung pake satu tangan, alias nggak sampe 5 kali.
Ketika hari H Welcome Maba, itu adalah puncak kebahagiaan gue karena akhirnya gue nggak nganggur !
Namun apa daya Welcome Maba hanya berlangsung selama 2 hari dan untuk menunggu Welcome Maba ke 2, gue harus nunggu sebulan lebih !

Oke, gue alihkan perhatian gue ke kegiatan gue berikutnya, yakni PSA Mabim.
Di sini, gue sebenernya rada-rada takut gitu soalnya kabar burung dari masa ke masa, PSA Mabim sangatlah ketat dan padet acaranya terutama Bidang gue yaitu Acara. Rumor dari masa ke masa sih bisa setiap hari rapatnya. Wow, gue langsung aja semangat donk ya, jadi nggak nganggur lagi gue di kosan ! Apalagi bulan Juli udah puasa  tuh, jadi kesuraman di kosan yang menjadi-jadi bisa terobati dengan sibuk rapat tiap hari di PSA Mabim ini.
Nah lhoh, Juni akhir, selama 2 mingguan rapat bidang hanya diadakan 3 kali seminggu, dan harinya terpisah bolong-bolong gitu lhoo, jadi ada jeda 1 hari 2 hari gitu untuk rapat selanjutnya. Nah, otomatis di hari-hari jeda itu gue nganggur, LAGI. Dan yang lebih parahnya lagi, ekspektasi gue dihancurkan kembali karena tiap kali rapat kami hanya rapat dengan durasi 2-3 jam per rapat.
Gue yang sebelumnya ngerasa bisa menghabiskan hari dengan sibuk rapat ini otomatis harus melewatkan 21-22 jam tiap hari di kosan ! Dan itu selama dua bulan-an lebih !
Rumornya sih, katanya H-Sebulan PSA Mabim, kami akan rapat setiap hari kecuali sabtu dan minggu, nah akhirnya gue ada secercah harapan nih kan. Gue yang kemaren baruu aja balik dari kampung halaman karena merasa kecewa nganggur banget di tanah rantau ini bersiap-siap menyambut rapat setiap hari PSA Mabim ini.
Nah, baruu aja, ada pengumuman dari atasan PSA Mabim gue, bahwa kita nggak jadi rapat tiap hari, balik 3 kali seminggu seperti biasanya. Dan gue saat itu ngerasa kea "Trus untuk apa gue bela-belain dateng kembali ke Depok ??"

Mau apa lagi gue ? OKK gabut, PSA Mabim banyak longgarnya juga, mentoring Maba Filsafat ? Mereka belum daftar ulang.. Lalu ? Gue harus gimana lagi ?

Oh My...

Dan gue harus berpuasa selama sebulan ini dengan menghabiskan waktu sendirian, di tanah rantau, sepi, tanpa kegiatan, hanya di dalam kamar 3x4 meter ini, selama ratusan jam ?


Dan itulah kenyataan yang harus gue jalanin saat ini. Gue alihkan kegalauan gue ini ke hal-hal yang bersifat rumah tangga. Yak, habis sahur dan sholat tadi pagi, gue berdoa supaya gue bangun tidur jam 10an atau jam 11an, supaya waktu cepet berlalu dan gue nggak bengong aja selama berjam-jam.
Sorenya sepulang rapat yang hanya 2 jam, gue pulang ke kosan nyuci baju, nyuci piring, jemur baju, dan mencoba menuliskan sebuah artikel. Ya, semua itu bertujuan untuk menghabiskan waktu, supaya cepet tanggal 26, hari di mana gue bakal pulang kampung lagi buat bener-bener liburan dan lebaran-an bersama keluarga..

=========================================================================


Di saat gue nyuci piring, gue melamunkan apa yang gue kerjakan saat ini. Kenapa gue rela mengikuti kegiatan-kegiatan yang 'tidak wajib' untuk diikuti ini dan malah mengorbankan quality time dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman ? Waktu 3 bulan liburan semester sebenernya sangatlah lama dan menyenangkan apabila dihabiskan di kampung halaman.
Gue ingat-ingat lagi, apa yang membuat gue bersikeras pengen banget aktif di kampus. Ya, demi masa depan yang lebih cerah.
Alay sih kalau kata temen-temen, namun emang bener, gue ngelakuin ini demi masa depan gue yang lebih cerah.
Gue harus ada pengalaman untuk berorganisasi dan mengikuti kepanitiaan supaya diri gue berkembang dan tidak hanya dijejali oleh nilai-nilai akademis semata. Dunia kerja sangatlah kejam dan gue tahu hal itu. Oleh karena itu gue harus mempersiapkan diri sebaik mungkin selagi gue masih kuliah. Dan gue inget -saat gue nyuci tadi- bahwa gue udah memasuki tahun ketiga kuliah. Gue udah nggak muda lagi, setahun ke depan adalah tahun terakhir gue bisa menikmati keindahan, dan gejolak mahasiswa beserta kegiatan-kegiatannya. Sementara tahun keempat gue udah harus fokus untuk tugas akhir alias skripsi, serta mencari lapangan pekerjaan bagus yang bisa gue masuki.

Ya, dari lamunan itu gue berusaha menyemangati diri lagi. Bahwa gue melakukan semua ini ada dasarnya. Ini semua demi diri gue sendiri, dan juga keluarga gue yang sudah luar biasa mendukung gue untuk kuliah di Universitas nomor satu di negeri ini.

Gue kemudian menerawang kembali, sebenarnya apa yang dinamakan sukses itu ?
Gue berulang kali bersikeras bahwa gue harus sukses, sukses dan sukses. Namun sebenernya gue memahami sukses itu seperti apa ?
Karena jika kita lontarkan pertanyaan itu ke publik, jawabannya akan sangat beragam. Ada yang mengartikan sukses itu berhasil melakukan sesuatu yang dicita-citakannya, ada yang mendekatkannya dengan materi-alias duit banyak, ada pula yang mengartikan sukses sebagai keberhasilan menjadi pribadi yang lebih baik.

Dan gue pengen semuanya. Namun tak bisa dipungkiri, dan berusaha nggak munafik aja, dari 3 definisi sukses itu, pengartian sukses gue jika diurutkan adalah yang nomor 2, nomor 1, dan akhirnya nomor 3.
Ya, duit bagi gue adalah kunci penting dalam era kontemporer ini. Rasanya sedikit munafik apabila kita berkata "Uang bukanlah segalanya". Di satu sisi memang benar, tapi di banyak sisi, uang memang menjadi kunci di banyak hal.
Gue pengen banget bisa berkeliling dunia. Jika gue penganut paham "Uang bukanlah segalanya" versi ekstrim, maka gue bakal bilang juga kalau gue bisa berkeliling dunia tidak mengandalkan duit tapi mengandalkan keberuntungan. Misalkan aja gue menang lotre dan bisa dapet tiket keliling dunia gratis, atau numpang-numpang temen luar negeri, atau numpang-numpang liburan kantor misalkan.
Namun apakah bisa gue hanya mengandalkan hal tersebut ? Bukankah lebih reliable apabila gue bekerja di tempat pekerjaan yang baik, mendapatkan gaji per bulan yang baik, memiliki tabungan yang baik, dan akhirnya bisa berkeliling dunia dengan duit hasil jerih payah gue sendiri ? Dan bahkan duit itu bisa gue alokasikan nggak hanya buat keliling dunia, gue pengen beli ini itu terserah gue. Gue pengen bangun rumah bisa, pengen beli apartemen bisa, ada saudara yang butuh bantuan duit gue bisa bantu, mendirikan yayasan atau panti asuhan gue juga bisa, membangun masjid juga bisa.

Banyak hal bisa dilakukan apabila kita punya cukup kuasa di era kapitalistik ini, yakni kuasa berbentuk uang. 

Tentu, cinta, kasih sayang, persahabatan dan segala hal berbau afeksi tidak bisa dibeli dengan uang. Namun dengan uang yang cukup, gue bisa mendapatkan kuasa untuk memberikan perlindungan pada orang yang gue cintai, kasihi, sayangi lebih daripada apabila dibandingkan gue nggak punya duit sepeser pun !
Misal, gue punya duit banyak dan gue asuransikan demi menjaga keluarga gue. Jika gue gak punya duit banyak, apa yang mau gue asuransikan ?
Misal lagi, gue pengen membuat keluarga gue nyaman hidupnya dengan rumah yang nyaman dengan fasilitas yang cukup, jika gue nggak punya duit cukup untuk mewujudkannya, mau tinggal di mana keluarga gue kelak ?
Misal lagi, salah satu anggota keluarga gue tiba-tiba sakit parah dan harus dioperasi dengan biaya yang sangat mahal. Jika gue nggak punya duit banyak, masa iya gue harus ngutang bank sana sini untuk menutupi biaya tersebut ?

Dan tentunya, semua dorongan itu lebih menusuk lagi dengan adanya fakta bahwa gue adalah laki-laki, yang di masyarakat patriarki ini diwajibkan untuk mencari nafkah bagi keluarga dan mengayomi keluarganya.
Dan jika gue nggak bisa mendapatkan kuasa yang cukup dalam bentuk uang, bagaimana nasib gue kelak ?
Jika gue nggak sukses setelah beragam penderitaan yang dirasakan keluarga gue demi menyekolahkan gue di UI ini, dan pengorbanan gue yang rela jauh dari keluarga ini, betapa menyedihkannya hidup gue.

Ya, betapa menyedihkannya hidup gue kalau gue lulus di UI ini biasa-biasa aja. Hanya kuliah, pulang ke kosan, makan, tidur, ketika liburan semester datang gue pulang kampung, leha-leha, semester baru masuk gue balik lagi, mengulang kegiatan yang sama, tanpa ada kegiatan positif lainnya.
Betapa  menyedihkannya apabila gue lulus dan tidak mendapatkan pekerjaan yang layak dan memuaskan, jika dibandingkan dengan usaha dan jerih upaya yang dikeluarkan demi menyekolahkan gue di UI ini.  

Udah jauh-jauh, nggak murah, jarang ketemu keluarga, lulusnya biasa aja ? Gue nggak mau..

Dan dengan demikian pemirsa, gue mengikrarkan diri untuk menggapai sukses.
Gue harus sukses ! Iya lah, kalau nggak, ngapain gue jauh-jauh kuliah di sini ?
Gue harus sukses,  gue pasti sukses !
Demi gue sendiri, dan demi semua orang yang menyayangi gue..

#EdisiCurhat

Yeeeeyy, semangat rapatnya Kumaaaaa !!!

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At His Boarding Room
Going to bathing room soon
10072013-18:16

5 comments:

  1. Hello all, this is comment from Habibatur Rahmah Hafdyanti

    She can't post her comment because of something, so I'll post it here for you all in the name of her.
    Oh by the way, she gets the 2nd WTP Best Commentator Awards, so say congrats for her :D

    This is her comment :
    "oke, jadi definisi pertama dari sukses adalah tentang uang. lalu apa yg kamu harapkan ketika kmu sudah sukses? ketika km udah punya banyak uang? apa km yakin habis punya uang banyak km bakal merasa bahagia?kenapa orang ingin sukses, karena ingin bahagia bukan?tapi, kalo seseorang dalam proses pencapaian suksesnya itu tidak dilakukan dengan bahagia, maka sukses yang ia raih akan terasa hambar. so, jadikan tiap momen hidupmu berharga dan bahagia, jadikan tiap proses menjadi hal yg menyenangkan. mungkin saat ini rasa galau puasa sendirian di tempat perantauan pas liburan kuliah bikin nyesek, tapi coba deh beberapa tahun kemudian, pasti km bakal senyum2 inget masa2 ini. kalo memang "demi masa depan yg cerah" itu misi utama, lakukan misi itu dg semangat! ato mungkin kamu butuh list biar nggak nganggur2 amat gitu, ikutan dengerin ceramah ato ngaji di mesjid kali. yang paling penting lakukan misi dengan fokus dan enjoy. nggak semua orang bisa dapet pengalaman yg mengharu biru kayak kamu"

    ReplyDelete
  2. setuju banget sama pengertian sukses versi mu kum, kalo nggak punya uang, kita nggak bisa apa2 dan itu hal yang nggak bisa di pungkiri. hahahhaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya vi, intinya kita harus bisa realistis, tapi juga harus bisa melihat yang afektif.. dua-duanya ga boleh diabaikan, cinta dan kasih sayang tetep ga bisa dibeli pake uang, namun uang juga sangat penting di kehidupan kontemporer.. mereka berdua harus seimbang deh :D

      Delete
  3. oh iya, ini vivi kum, hihihihi :p

    ReplyDelete
  4. Hello all, this is comment from Yusuf Gastava. He can't post it here because of technical problem surrounding his google+ account, so I post it here in the name of him..
    Thx Yusuf for commenting :D


    "Artikel yang bagus dan membangun, big bro.. Setidak nya ini bisa menjadi gambaran buat saya ke depan nya mengingat tahun ini adalah tahun awal saya memasuki dunia kampus. Iya.. sukses itu adalah sebuah keharusan dan menurut gw sukses itu.. emm.. ya boleh lah it's about money tapi kalo gw pribadi sukses itu adalah ketenaran yang tiada redup, diiringi dengan pergerakan gw yang gak statis, jadi gw moving always dan money is the next description. Thanks to WTP yg udah menyediakan artikel2 bermanfaat. Tetap menginspirasi dan semoga tidak pernah kelewatan batas kenormalan yah.. hahaha.. buat rekan rekan lain yg often visiting here salam kenal. thx"

    ReplyDelete