Mayoritas pemeluk agama di Indonesia adalah Islam. Dan itu tentunya mempengaruhi juga donk budaya di Indonesia. Salah satunya adalah budaya mengucapkan salam 'Assalamualaikum'. Tentunya bagi kaum Indonesian Moslem itu hal yang biasa dan sungguh sangat baik untuk diterapkan. Namun bagaimana halnya dengan kaum minoritas ?
Tema kea gini gue tangkep sih sebenernya dipicu oleh pidato Presiden SBY sewaktu apaa gitu, kalau nggak salah sih waktu menunjuk Roy Suryo sebagai Menpora yang baru. Nah, dalam pidato tersebut, Pak SBY mengucapkan Assalamualaikum dalam mengawali pidatonya. Tentu karena beliau adalah seorang pemimpin, jadinya speech di depan umum kebanyakan menggunakan teks yang telah dirancang sebelumnya, supaya menghindari kekeliruan pengucapan donk. Nah, itu berarti kita bisa mengambil kesimpulan sementara juga, bahwa jangan-jangan di dalam teks pidato yang entah disiapkan siapa, terdapat teks "Assalamualaikum" juga donk..
Bener nggak sih ? Kemungkinan besar sih seperti itu juga ya, terlepas dari religion yang dipegang oleh Presiden menjabat saat itu. Dan hal ini masih belum bisa dibuktikan secara empiris, mengingat selama ini Presiden Indonesia selalu beragama Islam.
Nah, permasalahannya, apakah pemeluk agama minoritas seperti kristen, katolik, hindu dan buddha bisa menerima begitu saja pengucapan salam yang notabene berasal dari agama tertentu - dan bukan dari agamanya ?
Oke lah ya, kalau Islam mayoritas, mereka berkuasa.. Tapi, emangnya agama minoritas mau diperlakukan seperti itu ?
Mungkin hal ini adalah hal yang sungguh sangat sepele. Mungkin juga pemeluk agama minoritas tidak mempermasalahkan pengucapan salam yang berpihak ke agama tertentu, dan mungkin aja mereka cuek bebek aja donk sama fenomena 'lazim' seperti ini.
Ya ! Saking lazimnya, kelompok minoritas sendiri sudah terbiasa dengan hal itu. Dari kecil, SD, SMP SMA, kepala sekolah menggunakan salam "Assalamualaikum" dalam pidato upacara hari senin. Tugas membuat pidato dalam pelajaran bahasa Indonesia pun mencontohkan teks pidato yang benar itu dengan membubuhkan kalimat "Assalamualaikum" di depan teks pidato. Rapat Keorganisasian pun seringkali dimulai dengan kalimat "Assalamualaikum". Bertamu ke rumah teman pun harus mengucapkan "Assalamualaikum". Menerima telepon dari orang pun dianggap lazim jika mengucapkan "Assalamualaikum".
Lalu, saking mendarah dagingnya budaya mengucapkan "Assalamualaikum" ini, kaum minoritas sudah tak peduli lagi akan penekanan terhadap agama mereka secara tidak langsung. Bahkan ada nih temen gue sejak SMP sampe SMA, seringkalinya mengucapkan "Assalamualaikum" padahal dia keturunan tionghoa yang beragama Katolik. Mereka dalam keadaan tidak sadar telah direpresi, seakan semakin menasbihkan posisi Islam sebagai agama mayoritas dan yang berkuasa di Indonesia.
Yang mana yang dipakai kalau begitu ? Pengakuan 5 agama di Indonesia, ataukah hukum alam "yang kuatlah yang menang" ?
Menurut gue nih ya, sebagai seorang Muslim juga, gue lebih prefer kalau kegiatan-kegiatan yang bersifat publik, tidak perlu menggunakan sambutan "Assalamualaikum".
Kalau konteksnya sedang khotbah di Masjid, okelah pakai "Assalamualaikum". Nah, tapi misalkan pidato kenegaraan ? Sebaiknya jangan menggunakan budaya agama tertentu, mengingat Indonesia sendiri secara gamblang telah menyebutkan bahwa ada 5 agama yang diakui.. Karena dengan Anda menggunakan budaya agama tertentu di kegiatan publik, secara tidak langsung Anda telah menindas agama yang lain juga.. Ya nggak sih ?
Bukan bermaksud meretakkan hubungan toleransi antar agama, namun hanya ingin membangun kehidupan sosial yang baik saja. Semoga Indonesia semakin makmur dan sejahtera, damai sentosa, pokoknya semakin baik di segala bidang..
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At UI central library
Working on his blog
16022013-11:19
Tema kea gini gue tangkep sih sebenernya dipicu oleh pidato Presiden SBY sewaktu apaa gitu, kalau nggak salah sih waktu menunjuk Roy Suryo sebagai Menpora yang baru. Nah, dalam pidato tersebut, Pak SBY mengucapkan Assalamualaikum dalam mengawali pidatonya. Tentu karena beliau adalah seorang pemimpin, jadinya speech di depan umum kebanyakan menggunakan teks yang telah dirancang sebelumnya, supaya menghindari kekeliruan pengucapan donk. Nah, itu berarti kita bisa mengambil kesimpulan sementara juga, bahwa jangan-jangan di dalam teks pidato yang entah disiapkan siapa, terdapat teks "Assalamualaikum" juga donk..
Bener nggak sih ? Kemungkinan besar sih seperti itu juga ya, terlepas dari religion yang dipegang oleh Presiden menjabat saat itu. Dan hal ini masih belum bisa dibuktikan secara empiris, mengingat selama ini Presiden Indonesia selalu beragama Islam.
Nah, permasalahannya, apakah pemeluk agama minoritas seperti kristen, katolik, hindu dan buddha bisa menerima begitu saja pengucapan salam yang notabene berasal dari agama tertentu - dan bukan dari agamanya ?
Oke lah ya, kalau Islam mayoritas, mereka berkuasa.. Tapi, emangnya agama minoritas mau diperlakukan seperti itu ?
Mungkin hal ini adalah hal yang sungguh sangat sepele. Mungkin juga pemeluk agama minoritas tidak mempermasalahkan pengucapan salam yang berpihak ke agama tertentu, dan mungkin aja mereka cuek bebek aja donk sama fenomena 'lazim' seperti ini.
Ya ! Saking lazimnya, kelompok minoritas sendiri sudah terbiasa dengan hal itu. Dari kecil, SD, SMP SMA, kepala sekolah menggunakan salam "Assalamualaikum" dalam pidato upacara hari senin. Tugas membuat pidato dalam pelajaran bahasa Indonesia pun mencontohkan teks pidato yang benar itu dengan membubuhkan kalimat "Assalamualaikum" di depan teks pidato. Rapat Keorganisasian pun seringkali dimulai dengan kalimat "Assalamualaikum". Bertamu ke rumah teman pun harus mengucapkan "Assalamualaikum". Menerima telepon dari orang pun dianggap lazim jika mengucapkan "Assalamualaikum".
Lalu, saking mendarah dagingnya budaya mengucapkan "Assalamualaikum" ini, kaum minoritas sudah tak peduli lagi akan penekanan terhadap agama mereka secara tidak langsung. Bahkan ada nih temen gue sejak SMP sampe SMA, seringkalinya mengucapkan "Assalamualaikum" padahal dia keturunan tionghoa yang beragama Katolik. Mereka dalam keadaan tidak sadar telah direpresi, seakan semakin menasbihkan posisi Islam sebagai agama mayoritas dan yang berkuasa di Indonesia.
Yang mana yang dipakai kalau begitu ? Pengakuan 5 agama di Indonesia, ataukah hukum alam "yang kuatlah yang menang" ?
Menurut gue nih ya, sebagai seorang Muslim juga, gue lebih prefer kalau kegiatan-kegiatan yang bersifat publik, tidak perlu menggunakan sambutan "Assalamualaikum".
Kalau konteksnya sedang khotbah di Masjid, okelah pakai "Assalamualaikum". Nah, tapi misalkan pidato kenegaraan ? Sebaiknya jangan menggunakan budaya agama tertentu, mengingat Indonesia sendiri secara gamblang telah menyebutkan bahwa ada 5 agama yang diakui.. Karena dengan Anda menggunakan budaya agama tertentu di kegiatan publik, secara tidak langsung Anda telah menindas agama yang lain juga.. Ya nggak sih ?
Bukan bermaksud meretakkan hubungan toleransi antar agama, namun hanya ingin membangun kehidupan sosial yang baik saja. Semoga Indonesia semakin makmur dan sejahtera, damai sentosa, pokoknya semakin baik di segala bidang..
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At UI central library
Working on his blog
16022013-11:19
kayaknya kamu juga perlu tuh, mungkin bikin riset kecil2an, mengumpulkan data, bagaimana orang2 non muslim menanggapi fenomena ini, biar lebih mendukung artikel ini aja sih, tapi kadang habis bilang assalammualaikum, ada kata selamat sejahtera, ato apa gitu.terus, kadang gue juga mikir sih, kenapa hanya lima agama aja yang dipercaya di indonesia, gimana yang memeluk agama ato kepercayaan yang tidak diakui negara cobak.
ReplyDelete