Okee, jadi ceritanya nih, Pemprov Jawa Barat terutama lewat Dinas Pendidikannya akan memberikan peraturan baru dengan menambahkan tunjangan pada Guru yang berstatus PNS yang mau mengajar di daerah terpencil / pelosok. Nah, katanya nih, tunjangan bisa sampe 1,3 juta belum ditambah gaji tambahan berkat sertifikasi dan lain-lain. Lebih jelasnya, cek TKP aja. Nah kondisi Jawa Barat sendiri kekurangan tenaga ajar yang ahli di berbagai daerah pelosok, terutama bagian Jawa Barat selatan.
Alasan para guru ini enggan ditempatkan di daerah terpencil adalah karena transportasi yang jauh, medan yang susah, akses ke kota yang sulit, fasilitas di daerah terpencilnya sendiri, dan masih banyak banget hal yang bikin males kalo ke pelosok-pelosok gitu. ƪ(‾ε‾“)ʃ Nah, Pemprov Jabar nih, ceritanya ngasih iming-iming gaji tambahan buat para Guru biar mereka mau ngajar di tempat terpencil kea gitu.
Nah, gaji tambahan yang sungguh sangat menggiurkan ini tentunya diharapkan menjadi pemicu para Guru untuk berbondong-bondong mengajar ke tempat terpencil. Nah, Author sendiri berpikir, fenomena yang seperti ini justru terlihat aneh. Iya nggak sih ? Menurut gue nih, justru akan sungguh sangat elegan apabila seorang Guru berani mengajar di tempat terpencil tanpa karena iming-iming gaji yang tinggi. Apakah artinya guru jaman sekarang itu hanya mau bersusah payah ngajar kalo ada bonusnya ? Hmm...
Iya donk. Liat aja para relawan atau guru yang rela masuk ke pedalaman untuk menjalankan tugas mereka yang mulia. Mereka yang telah mendedikasikan ilmunya pada masyarakat pelosok "sebelum ada isu tunjangan tambahan ini" tentunya sungguh sangat mulia dan elegan donk. ( ♥͡▽♥͡ ) Justru dengan adanya penambahan gaji ini, image para Guru yang nantinya akan berbondong-bondong mengajar di pelosok akan bernilai negatif.
Bisa aja donk mereka ntar dicap masyarakat sebagai guru yang tidak ikhlas. Yah meskipun kebutuhan finansial memang manusiawi banget ya kalo ada iming-iming seperti itu, dan bahkan gue juga mau kalo dikasih iming-iming kea gitu. Tapi yang perlu ditekankan adalah, pencitraan guru nanti akan jadi menurun donk dengan adanya penambahan gaji ini. Bahkan ditakutkan pula, nantinya Guru hanya akan mengajar asal-asalan pada para murid di pelosok, karena hanya mementingkan gaji yang tinggi tersebut. Yang nantinya rugi bukan hanya negara karena memberi duit percuma buat guru, tapi juga para murid di pelosok yang juga buang-buang waktu diajar oleh guru pencari tunjangan ini.
Jelas akan ada bedanya lah antara guru yang bener-bener ingin mengentaskan kebodohan dari Indonesia sama guru yang pragmatis-kapitalis. Guru yang pragmatis-kapitalis tentunya hanya akan menjalankan tugasnya sesuai prosedur, menerima gaji, pake duit gajinya, dan seterusnya seperti itu. Beda dengan guru yang sesuai dengan cita-cita guru pada hakikatnya deh. Lewat film Laskar Pelangi aja kita udah tau bagaimana indahnya mengajar di pelosok, bukan indah dalam artian material, tapi indah dalam artian rohaniah.
Yah, memang segalanya sih terserah pada masing-masing keputusan pribadi sih. Bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan guru yang nantinya berbondong-bondong mengajar ke pelosok. Namun apabila mereka akan mengajar dengan sepenuh hati, meski digaji standar ( kalau dibawah standar ya jangan mau lah, intinya : kurang-jangan mau. standar-tetap profesional. lebih-syukurlah, tapi performa kerja ditingkatkan ), tetap profesional dalam menjalankan pekerjaannya.
Semoga para guru semakin jaya dan sukses deh dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yah :D
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At UI central library
Working on his blog
26022013-15:28
G6UVJ5HKS8ZD
No comments:
Post a Comment