Berhubung kali ini membahas tentang pembubaran RSBI, cocok lah ya kalau gambar yang aku pakai gambar SMP ku tersayang. Foto ini foto jaman dahulu kala selalu dipuja-puja bangsa sih. Nyomot di google pulak. Hahaha. Yang pasti SMP Negeri 1 Tulungagung kini nggak kea yang di gambar, tapi lebih bagus lagi. Nggak percaya ? Datang aja kesana, tapi cepet ya, jangan-jangan 5 menit ke depan sudah berubah.. -_-
Oke, baca di koran maupun media elektronik, Mahkamah Konstitusi membuat keputusan dengan mengabulkan penghapusan RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ) serta SBI ( Sekolah Bertaraf Internasional ) atas gugatan 7 orang yang bisa kalian dapatkan nama-namanya di google.
Setelah membaca berita sedemikian rupa, otomatis donk kalau diriku yang pernah bersekolah di SMP Negeri 1 Tulungagung ini jadi teringat dengan sekolah tercinta. Lantas bagaimana nasibnya kelak ?
Keputusan MK memang berdasar pada berbagai pertimbangan yang baik, seperti berikut ini :
Back to the topic
Jadi, bagaimana nasib SMP ku tercinta ? Bagaimana lulusan-lulusan RSBI nya ? Bagaimana dengan anak RSBI yang saat ini masih dalam program ? Mereka kemarin masih menikmati AC dan segala kenikmatan, namun sekarang tiba-tiba RSBI dihapus.. Apa enggak dikucilkan yah mereka sama anak-anak reguler ?
Diketawain deh keanya. Udah bayar mahal-mahal, tiba-tiba RSBI dihapus. Percuma donk mereka selama 1 semester lalu.
Duh kasian amat sih.. -_-
Eh nggak gitu-gitu juga kali ya, pasti pihak sekolah atau yang bertanggungjawab memberikan solusi yang baik deh. Prasangka baik, prasangka baik... -_-
Untuk persoalan siswa-siswa berprestasi dan berpotensi lebih, yang mungkin selama ini dimasukkan dalam kelas khusus, seperti kelas unggulan, menurut berita sih memang masih dipertimbangkan. Namun intinya tidak boleh ada lagi praktik RSBI, pungutan-pungutan, diskriminasi, atau apalah. Pendidikan di suatu sekolah haruslah disamaratakan, tidak pandang rambut, baik rambut kaki maupun rambut-rambut yang lainnya. Sumbangan dari orang tua / wali murid masih diperbolehkan asalkan benar-benar murni sumbangan.
Hmm, RSBI.. Kasian banget ya nasibnya sekarang.
Padahal ketika masa-masa aku masih bersekolah disana, gembar gembor banget tuh kalau sekolah kita bakal dijadikan RSBI. Semua civitas akademika sekolah sungguh bersukacita tanpa mengetahui kalau akhirnya bakal seperti ini.
Apa sih ya yang kita pikirin waktu itu ? Sampe nggak berpikir konsekuensi yang sedemikian rupa.
Tapi ada satu hal yang bikin aku mengernyitkan dahi ketika membaca berita.
The news said that ada minimal 500an sekolah RSBI yang ada di Indonesia. Jumlah itu dari tingkat SD dan SMP. SMA nya nggak disebutin sih, jadi nggak aku itungin, kalau dimasukin pasti lebih dari itu lah ya, tapi intinya, minimal ada segitu lah sekolah RSBI di Indonesia.
Nah, tapi, semua RSBI itu yang jumlahnya ratusan, nggak ada satu pun yang naik tingkat menjadi SBI. Padahal program RSBI sudah berjalan sejak 2005, atau kira-kira 7 tahun.
Lalu apa aja yang dilakukan ratusan sekolah itu sih ?
Lalu yang membuat aku mengernyitkan dahi lebih nekuk lagi, bahwa keputusan MK untuk menghapus RSBI baru diucapkan setelah 7 tahun RSBI meraup dana sebesar itu.
Kebayang nggak sih, emangnya 7 tahun yang lalu, orang-orang besar di dunia pendidikan nggak ada pemikiran bahwa dengan mengadakan program RSBI bakalan seperti ini akibatnya ? Harusnya ada donk ya gugatan-gugatan yang sampai dilayangkan ke MK pada program RSBI, 7 tahun yang lalu.
Kenapa mesti baru sekarang coba ? Emangnya kita harus diperas duitnya dulu baru sadar ? Emmm.. weird.. Tapi aku nggak bisa disalahkan juga lhoh, waktu itu aku kan masih kecil dan belum bisa mikir sejauh itu. Waktu itu aku kan masih polos dan imut-imut ya..
Intinya, semoga sukses deh pendidikan di Indonesia.
Jangan sampai kualitas pendidikan dinomorsekiankan oleh kepentingan-kepentingan yang lain, terutama politik dan ekonomi tuh..
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his home
While there's so much thing to write
09012013-21:18
Oke, baca di koran maupun media elektronik, Mahkamah Konstitusi membuat keputusan dengan mengabulkan penghapusan RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ) serta SBI ( Sekolah Bertaraf Internasional ) atas gugatan 7 orang yang bisa kalian dapatkan nama-namanya di google.
Setelah membaca berita sedemikian rupa, otomatis donk kalau diriku yang pernah bersekolah di SMP Negeri 1 Tulungagung ini jadi teringat dengan sekolah tercinta. Lantas bagaimana nasibnya kelak ?
Keputusan MK memang berdasar pada berbagai pertimbangan yang baik, seperti berikut ini :
- RSBI mahal, nggak bisa dimasukin orang miskin, bisa sih, tapi susah dan dikit banget siswa miskin yang bisa masuk. Siswa miskinnya juga harus sungguh sangat pinter agar bisa diterima masuk RSBI. Selain itu, dengan adanya RSBI, dimungkinkan bagi pihak sekolah untuk memungut biaya nakal pada orangtua si siswa. Secara langsung maupun tidak langsung, It's a discrimination indeed.
- RSBI fasilitasnya lebih bagus daripada sekolah lain. Bahkan kalau lebih parahnya lagi, kalau di satu sekolah RSBI ada kelas reguler dan kelas RSBI, maka fasilitas mewah dan bagus-bagus hanya bisa dinikmati pemilik duit. Memang ada sih sekolah RSBI yang memperbolehkan siswa reguler menggunakan fasilitas RSBI, tapi tetep aja. Kalau seperti itu, nggak bisa terima donk anak-anak RSBI yang udah bayar mahal-mahal tapi disamakan sama anak-anak yang bayarnya reguler. Dari pihak manapun, RSBI tetap menciptakan kasta. Again, It's a discrimination. Fasilitas yang memadai dinilai menjadi pemicu prestasi siswa memang, sehingga membuat sekolah RSBI sangat melesat dibandingkan sekolah biasa yang lain. Akibatnya, sekolah-sekolah biasa kesulitan untuk mengejar prestasi sekolah RSBI.
Terlebih lagi kalau sekolah RSBI itu juga termasuk sekolah negeri. Karena sama-sama dikelola oleh 'negeri', maka keberadaan RSBI menjadi diskriminasi mutlak bagi sekolah-sekolah di daerah.
- Embel-embel internasional dinilai cuman sebatas pemanis,atau kalau boleh aku bilang "biar keren doank". Hal ini disebabkan tidak ada standar internasional yang dijadikan rujukan. Lulusan RSBI pun (aku) nilai nggak terlalu berarti, dalam artian seperti contoh SMP Negeri 1 Tulungagung ini, ketika lulus, mereka diberi pilihan untuk masuk ke SMA biasa ataupun SMA RSBI pula. Jika masuk ke SMA biasa, the next ijazah pasti yang digunakan ijazah SMA donk, sebagai the latest diploma. Kalau SMA nya biasa, jadi apa artinya SMP nya RSBI ?
- Alasan yang ini aku sebenernya aku nggak begitu setuju. Di berbagai berita disebutkan bahwa penonjolan bahasa asing dalam RSBI dinilai berpotensi untuk menghilangkan jati diri sebagai anak Indonesia. Dianggap pula sebagai pengikis kebanggaan bahasa dan budaya Indonesia. Meskipun keputusan MK seperti itu, namun untuk alasan yang satu ini aku nggak begitu setuju.
Bahasa asing seperti bahasa Inggris menurutku nggak bisa dijadikan alasan bagi pengikis kebanggaan berbahasa Indonesia. Mencintai budaya dan bahasa Indonesia bisa diwujudkan dalam berbagai hal. Kan nggak juga sih mereka yang bersekolah di RSBI melulu ngomong pake bahasa Inggris/asing. Dalam bergaul, nggak juga kan mereka cuman ngobrol dan bergaul sama sesama anak RSBI ?Kea di sinetron-sinetron aja tuh ada kasta-kastanya.Lagipula menurutku bahasa asing terutama bahasa Inggris memang perlu ditanamkan pada youngsters. Kalau penolakan bahasa Inggris didasarkan pada "takut nggak cinta Indonesia lagi" itu menurutku cuma kedok bagi mereka yang nggak mau dibebani untuk belajar bahasa Inggris, alias males. Karena apa bahasa Inggris itu menurutku penting ? Karena kekayaan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memang bahasa yang seharusnya kita banggakan. Namun kita juga perlu realistis, di dalam bahasa Indonesia terdapat banyak sekali kekurangan dibandingkan bahasa asing. Kekurangannya apa aja, mendingan cari di google atau ikut kelas Filsafat Bahasa deh ya. Setauku nih ya, entah bener entah nggak, bahasa yang paling rich itu bahasa Jerman. Kalau salah koreksi aja ya.
Jadi, jangan jadikan bahasa Inggris sebagai alasan untuk menutup RSBI. Okelah ditutup nggak apa, tapi jangan jadikan alasan seperti ini lah ya.. Hehehehe..
Back to the topic
Jadi, bagaimana nasib SMP ku tercinta ? Bagaimana lulusan-lulusan RSBI nya ? Bagaimana dengan anak RSBI yang saat ini masih dalam program ? Mereka kemarin masih menikmati AC dan segala kenikmatan, namun sekarang tiba-tiba RSBI dihapus.. Apa enggak dikucilkan yah mereka sama anak-anak reguler ?
Diketawain deh keanya. Udah bayar mahal-mahal, tiba-tiba RSBI dihapus. Percuma donk mereka selama 1 semester lalu.
Duh kasian amat sih.. -_-
Eh nggak gitu-gitu juga kali ya, pasti pihak sekolah atau yang bertanggungjawab memberikan solusi yang baik deh. Prasangka baik, prasangka baik... -_-
Untuk persoalan siswa-siswa berprestasi dan berpotensi lebih, yang mungkin selama ini dimasukkan dalam kelas khusus, seperti kelas unggulan, menurut berita sih memang masih dipertimbangkan. Namun intinya tidak boleh ada lagi praktik RSBI, pungutan-pungutan, diskriminasi, atau apalah. Pendidikan di suatu sekolah haruslah disamaratakan, tidak pandang rambut, baik rambut kaki maupun rambut-rambut yang lainnya. Sumbangan dari orang tua / wali murid masih diperbolehkan asalkan benar-benar murni sumbangan.
Hmm, RSBI.. Kasian banget ya nasibnya sekarang.
Padahal ketika masa-masa aku masih bersekolah disana, gembar gembor banget tuh kalau sekolah kita bakal dijadikan RSBI. Semua civitas akademika sekolah sungguh bersukacita tanpa mengetahui kalau akhirnya bakal seperti ini.
Apa sih ya yang kita pikirin waktu itu ? Sampe nggak berpikir konsekuensi yang sedemikian rupa.
Tapi ada satu hal yang bikin aku mengernyitkan dahi ketika membaca berita.
The news said that ada minimal 500an sekolah RSBI yang ada di Indonesia. Jumlah itu dari tingkat SD dan SMP. SMA nya nggak disebutin sih, jadi nggak aku itungin, kalau dimasukin pasti lebih dari itu lah ya, tapi intinya, minimal ada segitu lah sekolah RSBI di Indonesia.
Nah, tapi, semua RSBI itu yang jumlahnya ratusan, nggak ada satu pun yang naik tingkat menjadi SBI. Padahal program RSBI sudah berjalan sejak 2005, atau kira-kira 7 tahun.
Lalu apa aja yang dilakukan ratusan sekolah itu sih ?
Lalu yang membuat aku mengernyitkan dahi lebih nekuk lagi, bahwa keputusan MK untuk menghapus RSBI baru diucapkan setelah 7 tahun RSBI meraup dana sebesar itu.
Kebayang nggak sih, emangnya 7 tahun yang lalu, orang-orang besar di dunia pendidikan nggak ada pemikiran bahwa dengan mengadakan program RSBI bakalan seperti ini akibatnya ? Harusnya ada donk ya gugatan-gugatan yang sampai dilayangkan ke MK pada program RSBI, 7 tahun yang lalu.
Kenapa mesti baru sekarang coba ? Emangnya kita harus diperas duitnya dulu baru sadar ? Emmm.. weird.. Tapi aku nggak bisa disalahkan juga lhoh, waktu itu aku kan masih kecil dan belum bisa mikir sejauh itu. Waktu itu aku kan masih polos dan imut-imut ya..
Intinya, semoga sukses deh pendidikan di Indonesia.
Jangan sampai kualitas pendidikan dinomorsekiankan oleh kepentingan-kepentingan yang lain, terutama politik dan ekonomi tuh..
Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his home
While there's so much thing to write
09012013-21:18
wih seumur2 kapan dah di RSBI, itu kalo hilang terus bangunan + staff + muridnya dikemanakan ? sori nanya hehe
ReplyDeletekok nanya sih ? hahahha...
Deleteyaa, nggak bakal digusur jugak yan. muridnya paling jg di ketawain sm anak reguler, kea yg ak sebutin di atas.. kasian bgt ya -_-
kalo aku sih gpp dihapus, gak ada hasil konkret yang udah dilahirkan dari sekolah RSBI juga kan?
ReplyDeleteniatnya RSBI sih bagus, peningkatan mutu kualitas pendidikan, tapi kalo gini terus peningkatan apa? peningkatan kantong para orang2 atas iya :)
iya kan ? hahahah
Deletetapi sayangnya sih ya, kita ini mikir kea gini lama banget, setelah 7 tahun baru ada pemberontakan terhadap RSBI.. selama ini kita ngapain sih ya -_-
nyadarnya pas di bangku kuliah pas dapat materi pengantar pendidikan tentang diskriminasi pendidikan..
Deletehahahhaa, konyol banget..
yah, mungkin kita dulu masih silau sama yang namanya RSBI yang begitu dipuja-puja, tapi sekarang kita bisa liat apa yang dipunya dari sebuah title -RSBI- :D