Friday, August 15, 2014

Sahabat Lama vs Sahabat Baru

"
"Kalau punya teman baru, teman lama jangan dilupakan."
~Anonymous

Pepatah kea gitu sudah ada di benak Kuma berumur 7 tahunan. Saat itu SD sudah menjejali pikiran anak-anak dengan kalimat-kalimat mutiara seperti itu.
Dan alhasil gue berpegang teguh juga dengan kalimat mutiara dari antah berantah ini. Gue selalu mencoba menerapkan prinsip ini dan menjunjung tinggi persahabatan.

Kini gue sedang memikirkan apa itu persahabatan. Lebih mendalam dengan konsep pepatah tersebut.

Pasalnya begini pemirsa, gue sekarang ini sedang menjalin hubungan persahabatan dengan lumayan banyak orang. That's good actually. Tapi masalahnya adalah jaringan persahabatannya terlalu rumit dan seringkali membuat salah paham.

Tidak hanya saat ini sebetulnya. Tidak hanya ketika gue sedang menikmati liburan yang super duper panjang di Tulungagung ini. Tidak. Sebetulnya di Depok sana tempat gue menimba ilmu, gue juga memiliki situasi jaringan pertemanan yang lumayan bikin salah paham.

Yah, nggak bisa disalahkan lah ya tiap manusia punya ciri khas sendiri-sendiri. Prinsip hidup masing-masing juga berbeda satu sama lain. Dan manusia memiliki sifat untuk membentuk kelompok-kelompok sesuai preferensi mereka. 
Begitu juga gue. 
Dan teman-teman gue.

Suatu ketika gue tiap kelar kelas selalu nongkrong bareng 3 bocah ini. Makan bersama, jalan bersama, karaoke bersama, and so on. Kami dekat, dan you know lah.. Bonding terjadi.
Namun gue sadar gue punya sisi lain yang menyuruh gue untuk bergaul dengan orang lain juga yang memiliki passion yang sama di bidang lain.
Dan karena itulah gue mulai dekat dengan bocah lainnya di grup yang lainnya.
Gue juga mulai pindah kosan ke tempat kos yang dekat dengan orang-orang lain ini. Sebut saja D, E dan F. Yang tadi sebut saja A, B, dan C.
Alhasil gue mulai lebih dekat kepada DEF dibanding dengan ABC. Namun gue tetep menyisakan waktu buat ABC karena mereka juga teman-teman yang gue sayangi. Tempat have fun yang asyik juga.

Namun seringkali salah paham terjadi. ABC terkadang jadi suka nyinyir nyindirin gue karena sekarang deket sama DEF. Tapi yah cuman sekedar sindir-sindiran, nggak marah yang begitu hebatnya. Bahkan C pernah bilang ke gue, kalau ia nggak nglarang siapapun untuk bersahabat dengan siapapun juga, bebas. Dan gue menghargainya, dan memang sepantasnya seperti itu. Itu kebebasan seseorang, hak.

Namun yang pengen gue tekenin di sini, gue nggak melupakan teman lama. Gue punya temen baru DEF, bukan berarti gue bener-bener lupa dan nggak mau bergaul lagi sama ABC. Gue tetep menganggap mereka semua temen gue. Dan gue berusaha membagi waktu yang cukup agar tidak dibilang menganaktirikan kelompok tertentu.

ABC kadang merasa kecewa, apa mereka bikin Kuma nggak nyaman ?

Bukan. Bukan nggak nyaman. Gue cuma butuh sesuatu yang baru. Dan ini menurut gue alamiah. Karena manusia pasti punya titik jenuh dalam hidupnya. Bukan berarti bahwa ABC membuat gue jenuh karena gue udah nggak sreg lagi gaul sama mereka. Bukan ! Tapi gue merasa kalau gue seperti katak dalam tempurung, cuma bergaul di satu titik tempat saja, gue nggak akan bisa melihat dunia.
Gue butuh jaringan yang lebih luas untuk mendapatkan insight yang lebih luas pula.
Supaya gue bisa punya pijakan yang cukup untuk keluar lewat lobang di atas langit-langit tempurung itu, sehingga gue bisa keluar dan melihat dunia. Gue butuh banyak orang untuk mencapainya, gue butuh banyak temen dan sahabat.

Namun seperti analogi tadi pula, gue nggak mau melupakan temen yang menjadi dasar buat pijakan gue itu. Karena merekalah yang pertama buat gue. Merekalah yang menjadi fondasi gue sehingga bisa seperti ini. Pemirsa bisa bayangin kan katak di dalam tempurung besar yang di atasnya ada lubang kecil untuk melihat dunia luar. Trus di dalamnya ada banyak sekali katak, salah satunya gue, dan temen-temen gue (juga katak-katak) membuat semacam piramida gitu supaya gue bisa memanjat menuju lubang di langit-langit tempurung tadi supaya gue bisa keluar dan melihat dunia luar. Katak-katak yang di dasar adalah teman-teman awal gue, teman-teman lama gue. Semakin ke atas semakin baru, semakin baru dan semakin baru. Susah ya analoginya ? Hehehe..

Di sini pun, gue punya sahabat yang bisa dibilang BFF, yang hampir setengah tahun ini kami berantemmm mulu. Dan sekarang gue lebih dekat dengan seseorang yang BFF gue ini kenalin ke gue dulu waktu belum berantem. Sebut saja X. Dan sebaliknya pula, BFF gue ini sekarang karena berantem sama gue, ia lebih deket dengan orang yang dulu gue kenalin dia ke BFF gue ini, sebut saja Y. Yah intinya, bertukar teman gitulah. Tapi apapun negative assumption yang ia dan orang lain lontarkan pada gue, gue nggak pernah melupakan sahabat lama. Dan in fact, gue sangat pengen masalah seperti nggak pernah ada, sehingga gue nggak perlu sakit hati padanya dan bisa bersahabat seperti sedia kala. Dan gue menganggap persahabatan gue dengan X ini ternyata mendatangkan ilmu baru ke gue.

Gue jadi sadar juga. Kalau seandainya Tuhan nggak menciptakan masalah di antara gue dan BFF gue, maka gue akan selamanya pulang kampung dan bergaul dengan BFF gue ini aja, terus menerus begitu selamanya. Sehingga pengetahuan gue, pengalaman gue, wawasan dan horizon gue hanya akan mentok di situ-situ saja, karena sumbernya itu-itu saja.

Dan ternyata gue ditakdirkan untuk memiliki masalah dengan BFF gue ini, yah yang sekarang sedang dalam proses baikan juga sih. Alhasil, gue harus lari ke tempat orang-orang yang peduli dengan gue, yakni si X ini. Dan gue sangat sangat akrab dengannya. Horizon gue lebih luas. Dengan sumber yang baru, gue merasa lebih lengkap sebagai seorang manusia. Nggak hanya ngomongin dunia model, pageant dan segala bentuknya, namun sekarang gue bisa ngomongin dan paham mengenai dunia kerja dan marketing.

Sampai sekarang gue, BFF gue, dan si X tetap baik-baik saja. Yah, gue sudah berusaha ikhlas untuk memaafkan BFF gue ini dan alhasil semuanya sedang dalam status baik-baik saja.

Namun sekali lagi yang gue tekanin adalah, jangan pernah mengekang teman kalian untuk tidak berteman dengan kelompok tertentu. Yah, sedikit rambu-rambu semacam "Jangan temenan sama pengedar narkoba" sih nggak apa. Namun jangan membatasi teman kalian untuk lebih bisa berkembang. Dan jangan salahkan teman kalian karena teman kalian tidak lagi memiliki waktu cukup buat kalian karena sibuk dengan temannya yang baru. 
Jangan sekali-kali berprasangka buruk dan menempelkan label "Kamu sekarang berubah semenjak berteman dengan dia". Karena helloooooww, semua orang pasti akan berubah kok. Anda yang menempelkan label itu kepada saya juga berubah dalam sudut pandang saya. Jadi tidak perlu saling melabelkan hal-hal yang tidak perlu seperti itu. Manusia itu pasti berubah. Dan perubahan itu perlu, supaya diri kita bisa belajar lebih banyak hal di dunia ini. Sekali lagi, supaya tidak seperti katak dalam tempurung.

Kini gue bersyukur. Gue bisa melihat dunia dari lebih banyak sisi. Setelah gue menarik diri dari BFF gue itu, gue jadi bisa melihat sisi lain darinya. Gue juga bisa melihat sisi lain dunia, dan belajar banyak hal. Gue mensyukuri orang-orang itu semua sudah pernah hadir di kehidupan gue.

Gue nggak akan melupakan mereka semua, baik yang lama maupun baru. Dan gue dengan tangan terbuka menyambut teman-teman baru yang akan datang. Pertemanan itu indah, dan gue menyukainya.

"Setiap orang di dunia ini tidak hadir di kehidupan kita secara random, mereka semua masing-masing hadir dalam hidup kita dengan suatu tujuan dan mengajari kita sesuatu, sehingga kita bisa belajar sesuatu hal yang berarti dalam hidup ini dari mereka."

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his home
Going to bed soon
15082014-23:40

No comments:

Post a Comment