Friday, April 26, 2013

My Philosophy of Sneezing

Yuhuu, akhirnya terbit juga rubrik My Philosophy yang baru. Kali ini setelah membahas tai dan kuku kaki, rubrik My Philosophy akan membicarakan seputar bersin. Yoiiii.. latar belakangnya ? Mudah dan sederhana ! Karena akhir-akhir ini gue bersin yang sangat bikin bete.. Apalagi kalo bangun pagi dan dingin banget kan itu.. Oke, let's check it out !



Cerita 1
Seorang pemuda yang sangat unyu hari itu sedang kelaperan. Meskipun uang di dompetnya hanya cukup untuk hidup beberapa hari lagi, akhirnya ia memutuskan untuk makan di warteg dekat tempat tinggalnya. Yah, lebih baiklah daripada ia harus mati kelaparan.
Di dalam warteg, ia memesan makanan yang sungguh sangat default. Nasi, lauk, air putih. Untuk lebih menghematnya, si pemuda unyu meminta pada petugas warteg untuk mengurangi porsi nasinya menjadi porsi setengah. Dengan sukacita karena mampu menghemat pengeluaran, si pemuda unyu menyantap makanannya.
Di warteg itu, beberapa orang selain si pemuda unyu juga sedang menikmati hidangan mereka masing-masing. Dan kebanyakan dari mereka sangat elegan dalam hal berperilaku maupun berpenampilan. Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial yang bersifat indirect dalam struktur sosial warteg, orang-orang berlauk lezat dan bergizi,  serta orang-orang berlauk sederhana dan minimalis ( sang pemuda unyu ).
Hal yang sungguh sangat tak terduga adalah, ketika nasi dan kawan-kawannya masih sedang diproses di dalam mulut si pemuda unyu. Namun hasrat ingin bersin tiba-tiba memuncak dan membuat si pemuda unyu kelabakan. Di saat itu ia dihadapkan pada pilihan yang sungguh berat. Antara menahan bersinnya dan menimbulkan gerakan dan suara konyol, ataukah melepaskan bersinnya namun dengan konsekuensi makanan yang sedang dalam proses pengunyahan tersebut ikut tersembur keluar dan berantakan di depan umum.
Dalam posisi yang dapat diibaratkan seperti pepatah "bagai telur di ujung tanduk" tersebut, si pemuda unyu telah kehabisan waktunya. Bersinnya tak tertahankan namun mulutnya mengatup dengan kuat berusaha tak mengeluarkan nasi dalam mulutnya. Alhasil, yang terjadi adalah sesuatu yang akhirnya dicatat dalam sejarah : "si pemuda unyu bersin dengan posisi serta suara yang aneh, terdengar oleh seluruh penghuni warteg saat itu"
Betapa malunya si pemuda unyu itu. Semoga nasibnya di masa depan akan sungguh sangat beruntung dan kesuksesan menyertainya selalu. AMIN.


Cerita 2
Seorang pemuda imut bangun di suatu pagi. Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia berjalan menuju cermin. Di depan cermin, ia melihat sesuatu yang sungguh sangat tidak ia harapkan. Saat itu, bagi si pemuda imut, adalah saat seperti "mimpi buruk yang menjadi kenyataan". Ia sungguh sangat ingin segera terbangun dari mimpi buruk tersebut. Namun apa daya, itu adalah kenyataan, yang harus ia hadapi dan terima kebenarannya.
Mimpi buruk tersebut adalah, puluhan jerawat yang bersarang di lehernya. Entah kenapa, hal ini menjadi ancaman serius dalam statusnya sebagai pemuda imut. Si pemuda imut pun mengalami dilema yang begitu berat. Antara menggunakan pakaian menutupi leher, ataukah tidak. Jika tidak menggunakan pakaian yang menutup leher dengan baik, maka yang terjadi adalah fenomena di mana lehernya yang berjerawat sungguh sangat banyak terekspose dan diketahui oleh dunia. Namun apabila ia menutupi lehernya dengan pakaian dengan kerah yang tinggi, maka jerawat yang saat ini ada di sekeliling lehernya akan terus bertambah banyak lantaran iritasi dan higienitas yang kurang.
Akhirnya si pemuda imut memutuskan untuk segera mengobati jerawatnya. Ia mencari cara-cara alami menyembuhkan jerawatnya secara online. Didapatkanlah sebuah cara yang lumayan mudah dan sederhana, yaitu dengan menggunakan masker putih telur.
Hari itu juga, si pemuda imut membeli beberapa telur ayam dan mengambil putih telurnya. Ia oleskan sesuai dengan petunjuk artikel online di seluruh wajah dan lehernya. Setelah beberapa menit, masker tersebut mulai mengeras dan berproses. Namun sesuatu yang menggemparkan bumi dan layak untuk dijadikan salah satu peristiwa dalam buku pelajaran sejarah Indonesia telah terjadi.
Sang pemuda imut tiba-tiba merasakan hasrat untuk bersin yang tak tertahankan. Ia harus memilih apakah melepaskan bersinnya ataukah menahannya. Karena apabila ia melepaskan bersinnya, maka tekstur masker yang sudah mengeras akan rusak karena pergerakan otot-otot wajah. Jika hal itu terjadi, maka sia-sialah usahanya membeli telur dan mengoleskan putih telurnya pada wajah dan lehernya yang berjerawat. Selain itu, otomatis ia akan mengalami kerugian berupa satu butir telur yang terbuang percuma.
Waktu telah habis bagi si pemuda imut untuk menentukan pilihannya. Ia tetap memasang poker face alias ekspresi kosong dalam rangka mempertahankan tekstur maskernya. Dan bersin yang tiba-tiba muncul tersebut akhirnya meledak juga. Si pemuda imut akhirnya mengalami kondisi dimana suara aneh karena bersin yang ditahan terus keluar. Dan meskipun bersinnya ditahan dan mengeluarkan suara yang tidak normal, tekstur masker yang ia coba untuk pertahankan tetap saja rusak karena getaran dan pergerakan kulit sekitar hidung-mulut-leher.
Sungguh mengenaskan nasib pemuda imut ini. Semoga nasibnya ke depan tidak akan mengalami kesusahan dan terus mendapatkan rejeki yang tak terhingga. AMIN.

Dari dua cerita semi-nyata tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bersin saat makan dan saat maskeran itu nyebelin banget. Untuk mencegahnya, lebih baik  pemirsa memeriksa terlebih dahulu apakah ada symptom-symptom yang dapat menyebabkan pemirsa bersin sebelum melakukan kegiatan-kegiatan seperti makan di tempat umum  dan maskeran.

Baiklah pemirsa, sekian dulu rubrik My Philosophy kali ini. Semoga bersin kita semua tepat waktu dan tepat tempat. AMIN.

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At UI central library
Pemuda unyu dan pemuda imut itu gue !
26042013-16:48

4 comments:

  1. aih pemuda unyu?! -_-
    Baiklah saya mau komen (sebenernya saya dipaksa komen lho sama yang punya blog!).

    Komen pertama : masalah gizi dan kesenjangan sosial. Ingat! yang mahal belum tentu bergizi dan yang murah belum tentu tidak bergizi! yang penting kebersihannya. Lagipula kalo ditilik dari segi ekonomi, mungkin anda kurang mengatur porsi kebutuhan harian anda (yah ini ga usah dibahaslah panjang kalo ceramah beginian).

    Komen kedua : Masalah jerawat2 yang merah merona membabi buta dileher anda. Anda beli telur hanya utk masker leher? kayanya itu ga hemat! saya kan sudah pernah menyarankan sabun "x" pada anda, itu jatuhnya lebih murah karena bisa dipakai berkali-kali. atau saat anda mandi dan sebelum anda membilas sabun dari tubuh anda, gosoklah bagian leher anda dengan sesuatu yang kasar, seperti sponge or batu apung, dsb.

    Komen ketiga : masalah bersin bagi saya janganlah ditahan, karena itu merupakan kartasis, pelepasan gejolak batin. Untuk apa anda malu pada orang lain tapi mengabaikan kenyamanan diri sendiri (nahan bersin kan ga enak, bersin koq di tahan? bagaimana kalo suatu saat nanti anda tidak bisa bersin lagi?) Bersinlah sebelum bersin itu dilarang. Mengapa anda tidak menutup mulut anda dengan tissue ketika bersin sehingga makanan yang akan keluar dari dalam mulut tidak terhambar kemana-mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh ternyata belum dibales ya chy :D maap2 ya author lagi sibuk banget dan lagi galau.. hihihii.. sebagai gantinya, Ochy akan dianugerahi Best Commentator WTP 2013 untuk kategori My Philosophy :D
      Gimana ? seneng kannn ? Wakakaka
      Btw, jerawat di leher semakin membaik lhoh 2 mingguan ini.. Makasih doanyaa

      Delete
  2. Hu sok sibuk! kalo galaunya sih emg iya haha.
    Waw aku mendapatkan gelar "Best Commentator WTP 2013" waaaw bangetzz!! well, kalo gitu mana sertifikatnya? mahkotanya? hadiah berupa uang tunai, mobil dan berlibur ke Seattle, WA selama 5 tahun penuh? plus selempangnya mana? (macam miss universe aja).
    and btw, aku ga pernah mendoakan jerawat2mu itu ya hehehepeace.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ih udah dikasih gelar minta2 lagi.. hahaha meskipun ga doain jg gpp kok.. hahaha

      Delete