Tuesday, January 28, 2014

Sekali Lagi Filsafat

"Jangan khawatir Kum, karena kita sebenarnya tersesat di jalan yang benar."

Begitu orang-orang filsafat menghibur gue. Dulu,
waktu gue masih berlabel mahasiswa baru filsafat. Yang labil. Cupu. Kusam.

Dari sana gue mencoba menguatkan hati dan menjalani apa yang ada. Mulai mengikuti pelajaran dengan semestinya, melakukan presentasi, mencoba sekuat tenaga membaca buku filsafat, dan membuat resume dari buku asli berbahasa Inggris. Semua gue lakuin dan akhirnya gue menemukannya. Sebuah jalan yang menurut gue memang asing. Asing bagi seorang Kuma saat duduk di bangku SMA. Jalan yang benar-benar tak terpikirkan, jalan yang baru gue temukan ketika masuk ke belantara hutan filsafat. Orang bilang gue tersesat. Memang benar. Saat itu dan saat ini, gue tetap tersesat. Selalu ada banyak hal baru yang muncul dalam ketersesatan gue. Dan itu semua membuat gue terkesima dengan kehidupan ini. 

Gue bisa menemukan bahwa mindset orang desa dan kota benar-benar berbeda. Gue bisa menemukan bahwa kehidupan ini begitu mudah dan simpel bagi beberapa orang, namun begitu berat dan menyusahkan bagi banyak orang.

Filsafat mengajarkan gue banyak hal. Yang nggak bakal didapatkan ketika gue patuh pada masyarakat untuk mengambil jalan-jalan yang 'pasti tidak tersesat' seperti Ekonomi, Hukum, Kedokteran, dan lainnya.

Seiring dengan berjalannya gue di jalan sesat ini, gue menemukan kebenaran. Gue menemukan titik cahaya terang surga yang sesungguhnya. Dan gue bergumam dalam hati, "Ternyata untuk mencapai surga itu kita harus tersesat di hutan dulu."

Ya. Tentu kalimat itu nggak dalam artian nyata. Ada banyak hal yang baru gue sadari. Termasuk kata-kata "tersesat di jalan yang benar" itu maknanya seperti apa.

My-older-than-me friend told me, kira-kira seperti ini : "Semakin tua, yang kita cari bukanlah uang, harta, kekuasaan. Namun kepuasan batin, dan hal-hal yang spiritual."
Lebih lanjut, banyak orang-orang yang kaya, sukses dengan kehidupannya, ketika beranjak tua, mereka mulai mencari hal-hal yang tidak material. Mencari kesenangan dalam hidup. Happiness. Mereka mencari hal itu. Karena mereka mungkin terlalu sibuk mencari hal material semasa mudanya, sehingga lupa untuk mencari yang spiritual, yakni happiness in life.

Sebenarnya apa tujuan kita hidup di dunia ini ?
Untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya ? Untuk masuk surga ?

Yang esensial dalam hidup ini justru menurut gue adalah kebahagiaan. Kita mungkin saja mendapatkan gaji 5 milyar dalam sebulan misalkan. Namun ketika sudah mendapatkannya, uang tersebut hanya diam dan nggak tertawa bareng kita. Yang tertawa dengan kita adalah sesama manusia, keluarga, teman, sahabat, kekasih. Dengan uang kita bisa memaksa mereka untuk tertawa bareng kita, namun hati mereka tidak bisa kita paksa. Di mulut mungkin mereka memberikan ucapan selamat dan rasa syukur mereka pada kita karena pencapaian sukses kita. Namun siapa yang bisa melihat hati seseorang kecuali Tuhan ? Mungkin saja di dalam hati mereka sesungguhnya hanya terpaksa. Dan kita sesungguhnya tertawa dalam keheningan, kesendirian, kebahagiaan palsu.

Menghabiskan waktu dengan yang kita sayangi, melakukan hal yang benar-benar kita ingin lakukan, menurut gue adalah cara kita untuk menikmati hidup ini. Karena hal itu memang benar-benar panggilan hati nurani, bukan tuntutan sosial. Kita akan benar-benar merasa kaya ketika kita bisa melakukan apa yang kita ingini, dan tertawa bersama sahabat dan keluarga kita.

Uang bukanlah segalanya, namun hampir segalanya butuh uang.

Gue bukan menolak kalimat itu. Gue juga yakin bahwa kita butuh uang. Dan gue percaya kalimat itu benar adanya. Namun gue nggak ingin menjadikan uang, harta, kekuasaan, menjadi hal yang gue kejar dalam hidup. Uang, harta dan kekuasaan bakal gue dapetin, hanya sebagai sarana bagi gue untuk bisa mencapai apa yang gue pengenin dalam hidup. Gue pengen keliling dunia.

Ketika keliling dunia sudah gue lakuin, sisa harta dan uang bisa dimiliki oleh siapa saja yang menginginkannya. Ya, karena gue nggak mengejarnya. Gue mengejar kebahagiaan dalam keliling dunia, kebahagiaan dalam menyenangkan hati orang lain, kebahagiaan tertawa dengan orang-orang yang gue sayangi, dan selama kebahagiaan hadir pada gue, sisa uang dan harta bisa dimiliki siapapun.

Filsafat bagi gue mendatangkan hal ini pada gue di usia dini. Mereka yang di usia gue malah belajar apa yang ditunjukkan oleh sosial menurut gue bakalan susah mendapatkan hal esensial ini. Mereka akan terdoktrin untuk mencari hal yang material dan akan menyesal di hari tuanya. Kecuali, jika mereka mengimbanginya dengan belajar berfilsafat secara mandiri.

Dan gue menemukan sendiri, temen-temen gue ada beberapa yang memang nggak belajar di filsafat, namun sebenarnya sangat minat dengan filsafat. Mereka bahkan membaca buku-buku yang nggak pernah gue baca sekalipun. Namun cuma beberapa orang yang kea orang-orang ini. Sangat jarang gue temuin mereka yang memang benar-benar minat pada filsafat.

Tapi gue sekali lagi hanya bergumam dalam hati.

"Memang sebetulnya jalan yang benar itu malah ditutupi oleh semak belukar, sehingga sering disangka sebagai jalan yang sesat. Kenapa ?  Karena setan tak ingin melihat orang lain bahagia."

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his home
First post in 2014
28012014-10:03

7 comments:

  1. Semoga impian keliling dunianya terwujud =))
    di vetmed juga ada filsafat, dan kata kakak angkatan lumayan sulit..
    semangat mas kuma, semesta menantimu =)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya indriii, hehehhe makasih ya udah baca dan ngasih semangat :D km jg harus semangat, semesta menantimu juga :D filsafatmu dapet brpa ? bagus kan ?

      Delete
  2. Filsafat laksana pelita dalam gelapnya dunia. Good luck buat Mas Kuma :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya rusli, makasih ya. km jg cobalah membantu para pemikir lainnya untuk ikut menerangi dgn filsafatmu sndiri :D good luck to you too :D

      Delete
  3. Hai, hai, hai, Kuma...

    Tidak ada yg tersesat di dunia ini, kita hanya dibuat berputar-putar utk sampai di garis finish kehidupan.

    Sesungguhnya stlah lelah mencari-cari arti hidup,yang diperlukan hanya kekayaan hati dan kebijakan hati utk sampai ke tingkat spritual tertinggi, di jalan itulah manusia mencatatkan filsafat kehidupannya, maka teranglah jalan kehidupan.

    Happy,happy,happy

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini dia orang yg menginspirasi tulisan ini dateng :D hahaha yes mb esther bener, dan ak jd sadar kalo ak tersesat di jalan yang benar setelah dikasih tau oleh yang lebih tua.. heheheh makasih ya mb, happy terussss :D

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete