Sunday, December 29, 2013

Catatan WTP Akhir Tahun 2013





Gue berdosa.  Ya, gue berdosa pada kalian semua pemirsa WTP. Mohon maafkan author kalian ini yang sering banget melewatkan waktu untuk nulis di blog. Mau gimana lagi ? 2013 sangat penuh dengan kegiatan yang menguras waktu, tenaga, pikiran. Ulang tahun WTP pun nggak dirayakan. Berdosa banget nggak sih ?


Cuman, di akhir tahun ini gue merasa dorongan menulis sesuatu sangatlah besar. Gue merasa gue bakal nyesel seumur hidup kalo nggak nulis sesuatu di akhir tahun ini. Ya, paling nggak, sebuah review satu tahun perjalanan hidup gue. Perjalanan hidup di tahun 2013 yang penuh sesak dengan berbagai momen. Tertawa, menangis, sedih, marah, semua perasaan jadi satu.
Gue bersyukur pula, di tahun ini gue udah bikin kalender agenda di Binder gue. Paling nggak agenda itu udah berhasil berfungsi sebagai buku harian yang efektif. Dan dari sana juga, gue lebih bisa mengorganisir kegiatan-kegiatan gue. Agenda itu pula yang bikin gue gampang melacak kegiatan gue sebelum-sebelumnya. Dan, indeed, 2013 sangat berkesan bagi gue, tak kurang dari tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini gue masuk bergabung dalam BEM FIB UI 2013, masuk dalam tim Pusgerak. Di sini gue belajar banyaaak banget, terutama tentang organisasi, dan isu politik di kampus dan luar kampus. Gue ngerti caranya membuat kajian, bagaimana merumuskan dan menyebar kuesioner, dan kegiatan analitik lainnya. Di sini juga gue bisa bertemu, berkenalan dengan orang-orang luar biasa di FIB, anak-anak BEM dan DPM. Mustahil bagi gue untuk bisa dekat dengan orang-orang seperti itu kalau nggak menerima tawaran Rizki untuk gabung dalam Pusgerak. Oleh karena itulah gue berterimakasih banget sama Rizki, for bringing me to the world of BEM.
Di tahun ini pula, gue bersama Diana mendeklarasikan diri sebagai mahasiswa petualang, mahasiswa pencari tiket promo, dan mahasiswa tukang numpang dan ga modal. Ya, Maret 2013 adalah awal dari kehidupan gue yang mulai nggak takut lagi traveling. Mulai dari Rapat Musyawarah Kerja BEM ke Ciwidey, Bandung, seminggu kemudian gue dan Diana melancong jauh ke Malang dengan tiket promo. Berkelana di Malang, pinjam motor sana-sini, keliling nggak jelas, foto-foto, video-video, membeli oleh-oleh, bersenang-senang. Dan perjalanan itu merupakan perjalanan dalam rangka Long Spiritual Journey gue karena dilukai oleh cinta. Cinta yang meninggalkan gue  begitu aja ketika ia sudah bosan.
Gara-gara pengalaman di tahun 2012, di 2013 gue udah mulai gencar mendaftar berbagai beasiswa. ASTRA, BOPB, Karya Salemba Empat, XL Future Leader, dan sebagainya. Meskipun satupun tak ada yang berhasil, gue di akhir tahun ini merasa ikhlas dan bersyukur pernah mencoba mendaftar. Awalnya, gue memang merasa desperate banget karena selalu gagal melamar beasiswa. Namun sekarang gue udah bisa menerima hal itu, dan gue berpikir, lebih baik gue gagal daripada nggak mencoba sama sekali. Yeah, that’s it !
Gue juga mulai berani ikut-ikut lomba ! OIM FIB UI jadi lomba pertama gue di kampus. Nggak ada modal debat sama sekali, hanya modal nekat, gue bareng Deny dan Rizki jadi satu tim untuk ikut dalam OIM Debat Indonesia. Yah, meskipun gagal, sekali lagi gue bersyukur pernah mencobanya, daripada nggak sama sekali. 
Hahaha, di tahun 2013 gue mulai belajar otodidak Adobe Photoshop. Gue beli buku Photoshop sama Ochy di toko buku, dan gue mulai paham gimana caranya edit foto. Berkat Diana, gue pun berhasil debut sebagai desainer. Diana mendatangkan pada gue job-tak-berbayar yakni desain X-Banner untuk DPM. Mulai dari sana gue jadi volunteer desainer di DPM. Puncaknya adalah Pemira FIB UI, dimana gue yang diamanahi jadi Deputi Litbang, malah kerja di bidang HPD – desain-mendesain banner, baliho, surat suara, desain bilik, desain kupon konsumsi.
Peer group juga salah satu yang gue dapetin di 2013. Gue punya sahabat-sahabat deket dan gue menyebutnya geng Payung. Gue sih bergabung di geng ini di akhir-akhir. Mereka udah settle duluan sebelum gue gabung. Dan berkat dekat dengan mereka, gue mulai terbuka dengan yang namanya karaoke, dan sekarang malah jadi maniak karaoke ! Thanks to Ochy, Anita, Tiffany yang bikin suara gue jadi bisa terdengar di alam ini. Hahahhaa..
Hobi terpendam gue di bidang modelling dan eksis-mengeksis juga keluar di tahun 2013. Dasar emang gue ini orangnya suka ngeksis juga, berawal dari Kakang Mbakyu Tulungagung dan Raka Raki Jawa Timur, gue mulai ikut kompetisi duta-dutaan lainnya. Yah meski satupun tak ada yang goal memuaskan, cuman gue sekali lagi bersyukur udah pernah ikut gitu-gituan. Karena dengan ikut gitu-gituan, gue bisa dapet kenalan yang luar biasa, membuka link dan wawasan, menambah pengalaman, dan mengisi memori hidup gue. Dan mungkin nih pemirsa, gue bakal ngelanjutin tren ikut gitu-gituan lagi tahun depan. Wish me luck then ! :D
Gue ketagihan ikut kepanitiaan di tahun ini. Emang dasarnya euforia pengen nambah embel-embel di CV ya, gue bareng Diana sering banget ngomongin tentang kepanitiaan ini itu. Dan alhasil, gue ikut deh panitia OKK UI, PSA Mabim-yang kemudian diputihin, panitia acara-acara kampus lainnya, yang puncaknya adalah Pemira FIB UI dimana gue ditawarin untuk jadi Deputi Litbang. Dalam hati gue saat itu : “Akhirnya naik jabatan jadi Deputi. Daridulu jadi Staff mulu.” Hahaha.. Namun sekali lagi pemirsa, sekaliii lagi gue bersyukur pernah ikut kepanitiaan-kepanitiaan ini, karena gue bisa bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Yah, orang-orang itu sekali lagi bisa pemirsa lihat di artikel Thanks to. Merekalah yang membuat gue bisa berkembang menjadi seperti ini, dan masih akan terus berkembang menuju kesempurnaan hidup.
Juni 2013, adalah awal di mana mindset gue dibuka lebar-lebar. Di titik inilah gue baru menyadari betapa impian gue yang pengen keliling dunia sangat dekat sekali di depan mata gue. Gue mulai ke International Office di rektorat UI dan menyadari betapa dekatnya gerbang untuk menuju dunia luar. Bukan dunia gaib pemirsa, sekali lagi saya fokuskan : program exchange student dan summer course. Syarat yang fix nggak boleh nggak adalah sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500. Satu hal yang membuat gue tergoncang adalah, ketika mas-mas di International Office bilang bahwa ada satu tawaran exchange ke Universitas di Australia, tapi dari seluruh mahasiswa di UI tak ada satupun yang mendaftar. Dari situlah gue shock setengah mati. Andai saja gue yang daftar, pasti gue sekarang udah nggak nulis blog di kamar kosan yang kayak sarang tikus ini, tapi di luar negeri !
Menyadari skor TOEFL gue masih 477 ketika pertama masuk di UI, semester 5 gue mulai dengan keputusan mantap untuk menjalani program TOEFL Preparation di LBI FIB UI. Keputusan yang sangat berani menurut gue. Karena gue masih belum berada di tahun akhir kuliah, tapi sudah mulai mengeluarkan kocek tak sedikit untuk sekedar mendapatkan bimbingan TOEFL. Dan memang disinilah hidup gue mulai berkembang dengan sangat signifikan. Gue mendapatkan cambukan keras karena ketika tes penempatan, gue mendapatkan skor TOEFL yang jauh dari dugaan. Saat itu gue berpikir “Ah, paling juga sekitaran 470an.” Namun Tuhan berkata lain, skor gue malah di bawah 400, yang artinya gue lebih bego daripada level dasar. Gue setengah nggak percaya setengah pasrah. Pas interview, alhasil gue dimasukkan ke level dasar. Dan saat itu gue mulai bersungguh-sungguh dan nggak mau meremehkan segala sesuatu lagi.
Buah manis mulai gue rasakan. Mid Test program TOEFL Preparation membawakan pada gue skor yang memuaskan. 540. Skor yang udah cukup untuk sekedar mendaftar program exchange di International Office. Namun karena dorongan yang begitu kuat untuk bisa lebih baik lagi, gue nggak mau berpuas diri dengan skor segitu. Temen-temen les gue, terutama mbak Esther, selalu memberikan motivasi dan dorongan cita-cita yang sungguh luar biasa. Dari wejangan-wejangan mbak Esther pula, gue mulai ada keinginan untuk mendapatkan skor minimal 600. Mulailah gue belajar terus bersama mbak Esther, pak Rachman, mbak Poety, mbak Hana, mbak Ima, pak Herry, dan sebagainya. Di puncaknya, Exit Test membawakan gue nilai yang mengalami kenaikan sedikit. 568. Gue seneng, karena sudah mencapai minimal skor 550. Namun gue tetep berusaha, dan nggak berpuas diri dengan kemampuan gue. Dan karena itulah, gue terus belajar dengan mbak Esther yang tak kenal lelah dan selalu optimis. Dan saat ini pula, gue berharap hasil TOEFL ITP gue segera keluar dan membawa kabar bahagia.
Mbak Esther dan Mbak Ima. Mereka berdua jauh lebih tua dari gue. Namun dengan bertemu dengan mereka di satu wadah yakni LBI FIB UI kelas TOEFL Preparation Dasar, hidup gue berubah sangat drastis. Gue mulai mendapatkan ilmu-ilmu yang nggak bakal sering didapatkan orang biasa seumuran gue pada umumnya. Dari merekalah bangkit keinginan gue untuk mencoba untuk membukukan WTP,  dari mbak Esther terutama, mindset gue terhadap dunia kerja, dunia entertainment, dunia konglomerasi, menjadi terbuka. Cita-cita gue semakin jelas dan visi gue diperjelas dengan bertemu mereka. Sekali lagi, hal inilah yang paling gue syukuri dalam tahun 2013. Terimakasih sebanyak-banyaknya buat mereka. :D
Di dalam urusan interpersonal, gue dan sahabat sepanjang masa gue, Fredy, masuk dalam tahap yang dalam. Kami mulai membuka rahasia kami yang paling dalam dan terbuka satu sama lain. Detilnya apa, pemirsa tak perlu tahu. Tapi yang penting, dengan terbukanya rahasia kami satu sama lain, kami menjadi yakin bahwa kami adalah sahabat sepanjang hayat. Hal-hal yang melukai hati gue di tahun sebelumnya, maupun di bulan Mei 2013, segalanya gue curahkan pada Fredy. Dan gue bersyukur banget bisa terbuka padanya. Keterbukaan gue juga nggak hanya pada Fredy. Di Depok sendiri pun, gue juga menjalani tahap persahabatan yang dalam juga dengan Ochy. Dari sini, gue sudah mulai bisa melepaskan sedikit beban berat dalam hidup gue. Ya, benar, dengan memiliki sahabat seperti mereka yang bisa gue curhatin sedetil-detilnya.
Masalah cinta ? Tentu saja juga ada. 2013 memang pantes kalo gue sebut sebagai tahun penyembuhan. Memang, di bulan Mei 2013 luka di hati gue terbuka lagi dengan benturan lain yang datang. Selain itu, di Oktober, sang pembuat luka datang kembali pada gue dalam satu malam di kereta. Luka di hati terbuka, meski sudah mulai kebal. Gue mulai yakin luka gue sudah mulai sembuh dengan datangnya masalah cinta di akhir tahun. Kediaman gue selama 3 bulan, pengejaran gue pada cita-cita, visi baru gue dalam hidup, menjadi obat yang menurut gue cukup mujarab sejauh ini. Dan untuk itu semua, gue bersyukur. Meski masih ada sedikit perih, gue sekarang udah bisa menahan perih itu. Nggak seperti dulu yang terus menerus menangis berhari-hari karena dirundung masalah cinta satu per satu.
Secara keseluruhan, mungkin itu saja. Tentu, ada banyak sekali detil-detil yang nggak bisa gue ceritain panjang lebar di sini. Tapi semua itu gue rasa udah terangkum seperti di atas. Satu hal yang gue paling syukuri adalah, gue bisa mengalami pengalaman yang luar biasa, baik suka maupun duka. Dan utamanya, ada pencerah di akhir tahun, yakni mbak Esther dan mbak Ima. Dari mereka gue bakal menjalani 2014 dengan sangat optimis. Terimakasih juga tak bisa gue lewatkan dari segala pedih dan perih yang telah bersahabat dengan gue di 2013, karena dengan mereka gue belajar untuk berkembang. Terimakasih pada segala kebahagiaan yang datang menghibur gue ketika sang perih datang, karena dengan kebahagiaan itu, gue merasa ada harapan untuk masa depan gue.

2013, Thank You so Much.
2014, Be Good to Me, let us be friend !

Written by :
Kumara Ranudihardjo
With all of his feeling
On his bed, in his messy boarding room
29122013-11:36

No comments:

Post a Comment