Thursday, April 18, 2013

Universitas Indonesia Terbaik, Benarkah ?

Halo pemirsa WTP. Seneng banget akhirnya UTS udah kelar semua dan author sekarang udah bisa fokus balik ke blog tercinta. Hihihi, udah direncanain sih hari ini mau nulis tentang (lagi-lagi) hal unik yang didapatkan dari dosen. Iya lah, filsafat tuh pasti unik-unik deh, hehehe.. Kali ini kita akan membahas tentang kampus author yang megah.. Hohoho, tapi kita mencoba mengkritisi lagi nih, tentang mitos Universitas Indonesia. Oke, mari dilanjut.. :D


Nah, (lagi-lagi) bung Sandi mengisahkan sebuah cerita yang unik. Betul nggak sih bahwa UI itu adalah Universitas nomor 1 di Indonesia ? Bukan masalah peringkat ataupun besarnya area kampus, tapi kali ini kita melihat dari aspek input output nya.
Kenapa ? Ada masalah apa dengan input output nya ?

Gini, pendidikan, atau lebih tepatnya institusi pendidikan pasti dibentuk atau didirikan dengan sebuah tujuan tertentu, yakni mencerdaskan siswa-siswinya, mencerdaskan peserta didiknya, dari yang semula bego banget jadi bego, dari yang bego jadi pinter, dari yang pinter jadi pinter banget,dari yang pinter banget jadi apalah, dan seterusnya sampe Gambir.
Nah, paradigma masyarakat Indonesia, pasti memandang UI, UGM, ITB, IPB dan kampus-kampus terkemuka lain, sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi yang oke punya lah. Mereka bakal bilang "Iya lah, lihat aja lulusan mereka pasti banyak yang sukses, kerja di tempat bergengsi, dan pinter-pinter ! Lulusannya banyak yang cumlaude  !"
Wahh marak tuh orang-orang yang pengen dibilang sukses, pinter dan cumlaude untuk masuk perguruan tinggi tersebut. Yang oleh karenanya persaingan masuk Universitas favorit tersebut sangatlah ketat, udah kea pake skinny jeans gitu, butuh usaha ekstra keras.

Nah, jadi intinya, masyarakat melihat kualitas sebuah institusi pendidikan itu berdasarkan outputnya aja. Namun yang perlu diingat kembali adalah, fungsi institusi pendidikan tadi. Kalau kita kembalikan fungsi pendidikan seperti di atas, berarti UI tidak lebih baik dari kampus-kampus pinggiran yang tidak favorit. Bagaimana bisa begitu ?

Soalnya nih ya, yang bisa masuk UI atau perguruan tinggi favorit itu adalah orang-orang yang sudah tersaring dan telah melalui persaingan yang sungguh sangat amat ketat sekali (halah -_-). Nah otomatis, input UI adalah input dengan kualitas baik. Bandingkan dengan Universitas non favorit yang otomatis inputnya adalah input yang 'biasa-biasa aja' atau malah cenderung "bego".
Nah bayangkan apabila Universitas non favorit ini yang inputnya merupakan input kualitas rendah, mampu menghasilkan lulusan yang baik. Wahh, sudah pasti institusi pendidikan non favorit tersebut berhasil melaksanakan fungsi pendidikan dengan baik. Iya lah, mereka berhasil mengentaskan orang dari kebodohan gitu. Beda dengan UI, yang memang pada awalnya kualitas udah bener-bener top quality. Masuknya udah top quality, keluarnya top quality juga, lalu sama aja dengan nggak melakukan apa-apa donk, atau paling nggak, usaha yang dikeluarkan UI tidak akan sebesar usaha Universitas non favorit dalam menjadikan inputnya menjadi output dengan kualitas baik.

Emang sih, asumsinya bahwa Universitas non favorit tersebut mampu menghasilkan high quality output. Tapi ketika mereka udah menelurkan satu lulusan high quality, tentu apresiasi terhadap mereka seharusnya lebih besar daripada apresiasi kita terhadap UI.
Spekulasi aja sih sebenernya. Tapi iya juga nggak sih ?

Jadi, UI terbaik ? Ya. UI bukan yang terbaik ? Ya.
Tinggal cara kita memandang dari kacamata yang seperti apa. Hehehe..

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At UI central library
Working on his blog
18042013-10:59

No comments:

Post a Comment