Thursday, May 16, 2013

Tren Mahasiswa - Visualisasi Mimpi

Pemirsa WTP, sungguh sangat dapat dipahami apabila kita menemui seseorang dengan mimpi yang begitu banyak dan semuanya mimpi-mimpi yang hebat. Wogh hal ini dapat sering banget kita jumpai ketika kita bertemu dengan mahasiswa. Begitu juga dengan gue sebagai Author WTP. Di Universitas Indonesia ini menemui banyak banget passionate students dari seluruh Indonesia. Dan yang pasti, most of them punya mimpi yang begitu hebat !


Untuk itu, gue sering juga menemui aktivis kampus, mahasiswi-mahasiswi berjilbab, mahasiswa berjenggot, mahasiswa berkacamata, mahasiswa ber-tas berat, mahasiswa yang banyak kenalan, mahasiswi modis, dan segala macemnya, yang aktif berorganisasi, yang sering ikut lomba-lomba ini itu, yang sering nongkrong di Auditorium mengikuti Seminar, menjadi panitia sebuah kegiatan, mengikuti konferensi luar negeri, mengikuti program pengembangan, mendapatkan beasiswa, keluar masuk kantor bagian akademik, mencari sponsor untuk kegiatan, berkutat di perpustakaan membaca skripsi, dan nggak tau lagi gue mau ngomong apa lagi..

Hal itu semua gue sebutin untuk mencoba menggambarkan sebuah realita di kehidupan mahasiswa. Terutama di UI, di mana seluruh cita-cita dari orang-orang terbaik di negeri ini berkumpul. Tradisi mengejar prestasi ini turun temurun dari senior yang telah sukses bekerja di perusahaan idaman, sukses mengembangkan usaha, kuliah di Luar Negeri, penulis novel, manager perusahaan, atau apapun yang bisa dikategorikan sukses oleh masyarakat kontemporer. Para senior menyuntikkan semangat pada juniornya serta memberikan tips dan langkah-langkah dalam menggapai sukses seperti yang diinginkan para junior, sesuai cita-cita mereka. Dari situlah muncul berbagai tradisi dan budaya yang sangat sering kita jumpai di lingkungan mahasiswa. Gue pun sering banget menemui budaya ini. Budaya aktif seperti gue ejawantahkan di atas itu tuh, dari yang berorganisasi sampe yang konferensi ke luar negeri.


  • Rio pernah pinjem laptop gue untuk sebuah urusan. Di saat berikutnya gue nemuin file-file titipan Rio yang masih nyisa di laptop gue. Ada sebuah video yang berjudul Visualisasi Mimpi. Ya, itu merupakan video visualisasi mimpi dari seorang yang bernama entahlah, seorang peserta PPSDMS angkatan entahlah.
  • Gue kenal sama Isna. Suatu ketika gue liat-liat twitternya dia. Di salah satu tweetnya ada sebuah link video yang dishare olehnya. Ya, video itu adalah visualisasi mimpinya. Gue liat, dan gue paham.
  • Gue pengen ikut organisasi bernama Tirai Massa. Organisasi yang belum menerima anggota karena emang baru terbentuk, namun sangat menarik minat gue karena bergerak di bidang tulis menulis dan konferensi akademik. Gue liat akun facebook ketua Tirai Massa yang notabene gue udah kenal yaitu mbak Greta, seorang mahasiswi dari Tulungagung juga. Di timeline nya, ada sebuah video. Yap, video visualisasi mimpi lagi, namun dari seorang pengurus Tirai Massa. Gue donlod tuh video, dan gue mulai berpikir lagi.

Gue jadi ingat tentang tugas OKK UI 2011 ketika gue pertama kali masuk ke UI dulu. Ya, tugas untuk membuat Poster 100 Mimpi.
Kalo penasaran, liat tuh di atas. Cuman nggak bakal bisa baca deh ya, soalnya emang blur, sengaja.. Hihihi..

Gue akhirnya galau kan. Kenapa sih tiap orang harus punya mimpi ? Tidak bisakah kita hidup biasa-biasa aja dan menjalani hidup biasa-biasa aja ? Karena dengan punya mimpi dan kita pengen mewujudkannya, maka akan ada banyak hal yang harus kita lakukan, dalam rangka mencapai mimpi itu. Semakin kita berusaha, semakin banyak tugas yang harus kita lakukan. Semakin tinggi mimpi dan cita-cita kita, semakin banyak rintangan dan tantangan yang harus kita hadapi dan taklukkan. Semua itu begitu berat. Kadang gue nggak pengen susah-susah dalam prosesnya, ingin instan selayaknya pemikiran masyarakat pada umumnya. Namun ada yang bilang bahwa bagian yang menyenangkan adalah pada prosesnya. Terlepas dari itu semua, berani bermimpi itu berarti berani pula untuk menghadapi segala konsekuensi dari bermimpi itu sendiri. Oleh karena itu, bukankah berarti bermimpi itu berat sekali ?

Lalu kenapa tiap orang bermimpi ? Kenapa tiap orang termasuk gue, pengen mencapai mimpi dan cita-cita itu ? Kenapa gue tetap memilih jalan berat dan rumit ini meskipun gue tau bahwa gue bisa saja memilih hidup yang biasa-biasa saja tanpa ada rintangan dan beban berat ?
Gue terkadang pengen banget menjalani hidup secara spontan dan tidak direncanakan, tidak dijadwalkan, tidak ditargetkan, tidak diatur-atur, dan menjalani kehidupan gue secara nyaman dan mengalir. Seperti kata Dostoyevski.
Dan gue kadang berpikir bahwa jika gue nggak mengikuti struktur yang sudah ada pada masyarakat ini, yaitu bermimpi dan membuat peta hidup, maka gue sama aja dengan pengikut Mainstream. Ya, semua orang melakukannya. Semua orang merencanakan hidupnya secara matang.
Dan gue sejujurnya ingin mengikuti arus mainstream itu, karena gue punya mimpi, dan gue pengen mencapainya, yang oleh karenanya gue harus membuat peta hidup gue juga.
Tapi sejujurnya pula, gue nggak pengen jadi mainstream. Jika gue melakukannya, maka gue akan menjadi salah satu manusia yang mengikuti dan patuh pada struktur sosial dan alam.

Lantas bagaimana ? Gue nggak bisa keluar dari struktur ini, atau karena gue nggak tau cara untuk keluar dari struktur ini padahal sebenarnya ada caranya ?
Dan karena gue nggak memiliki pengetahuan akan bagaimana cara keluar dari struktur ini, maka gue memilih untuk mengikuti arus mainstream. Merencanakan hidup, menentukan arah, memulai langkah konkrit, berusaha mencapai mimpi.

Ya, gue berharap banget untuk bisa mengerti bagaimana caranya keluar dari mainstream, dari struktur ini. Namun dalam proses memahaminya, gue akan membiarkan diri gue terbawa arus mainstream. Because I think it's not too bad, it is beneficial for my life too.

Oleh karena itu, visualisasi mimpi, gue menghargai apa yang mereka sebut dengan visualisasi mimpi. Gue juga, yang meskipun punya mimpi dan pengen membuat video semacam mereka namun nggak jadi karena males, mempunyai mimpi. I think that's essential in life. 

Mungkin hidup itu seperti ini, memang seperti ini.

Oleh karena itu,
Yasudahlah.

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his boarding room
Planning for his next move
16052013-21:59

No comments:

Post a Comment