Friday, September 6, 2013

Learned This Year : About Gossip

Ya, siapa sih yang nggak suka menggosip ? Biasanya sih yang suka menggosip itu cewek-cewek, cuman nggak melepas kemungkinan bahwa cowok-cowok juga suka nggosip ! Ini artikel sengaja gue bikin karena gue belajar sesuatu tentang gossip, atau lebih enaknya gue sebut "rasan-rasan" - sebuah term bahasa Tulungagung-an untuk mewakili kata menggosip. Hahahaha, iya sih, karena gue belajar tentang apa yang di balik gossip  itu dari liburan gue di Tulungagung, bersama temen-temen gue dari Kakang Mbakyu Tulungagung, terutama my best friend Fredy.


Jadi, term yang lebih enak dipake keanya rasan-rasan itu deh, biar lebih ngena gitu maksud gue. Jadi mulai titik ini, ketika gue nulis rasan2 itu bacanya menggosip. Oke pemirsa ? Baik mari kita mulai..

Jadi, kultur di kelompok bermain gue di kampung halaman itu adalah berkumpul di suatu tempat, dan membicarakan topik yang membuat ketawa-ketiwi, mostly : about someone else.
Ya, itulah namanya rasan2. Kebiasaan yang oleh agama manapun dilarang dan dianggap tidak baik. Kalau melakukannya kita akan dapat yang namanya dosa, dan seterusnya deh, persis seperti apa kata bapak dan ibu penceramah.

Well, memang, dari kecil kita sudah diwanti-wanti oleh orang-orang dewasa bahwa menggosip atau rasan2 itu nggak baik. Iya sih, ketika kita dibicarakan orang lain ketika kita nggak ada di sana, alias talking something about us : behind us. Emang rasanya ketika kita akhirnya tahu kalau sedang dibicarakan di belakang, rasanya kesel banget dan hopeless. Apalagi kalau yang dibicarakan tentang kejelekan kita, atau hal-hal negatif lainnya.

Ya,  rasa yang sedemikian rupa memang tidak bisa kita elakkan. Namun, manusia itu mahluk sosial, kita nggak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lain. Ketika kita berinteraksi, tentu kita membicarakan sesuatu. Dan entah kenapa, sesuatu yang menyangkut kehidupan manusia lain seakan sangat enak dan nyaman untuk dibicarakan. Tidak hanya perempuan ! Laki-laki juga suka !

Jangan salah, sifat laki-laki yang kadang suka jaim sebetulnya menimbun sejuta perasaan dan pertanyaan serta gairah untuk rasan2 mengenai orang lain, entah itu orang yang disuka ataupun dibenci. 

Intinya, rasan2 atau menggosip itu adalah hal yang memang nature kita sebagai manusia, namun agama dan orang-orang bijak selalu menyarankan kita untuk tidak melakukannya. But, well, that's for avoiding more conflict.
Tapi menurut gue, yang belajar dari liburan gue kemaren, menggosip atau rasan2 itu juga bermanfaat. Baik bagi diri kita sendiri maupun diri orang lain.

Jadi ceritanya begini, gue punya sahabat baik namanya Fredy. Kami mempunyai temen lagi namanya Lala (bukan namanya asli.. hahhaha). Lala ini berubah gitu pemirsa sejak hijrah ke kota tertentu. Nggak lagi kea Lala yang dulu yang humble, biasa aja maksudnya nggak neko-neko. Setelah hijrah dia jadi begitu, yaaa bayangin sendiri aja lah yaa permasalahannya kea gimana. Lantas, kami menanyai pendapat satu sama lain mengenai Lala ini. Ternyata Fredy merasakan apa yang gue rasakan juga terhadap Lala ini. Ia mulai menceritakan apa-apa yang ia ketahui tentang tanda-tanda aneh perubahan Lala ini. Kami pun otomatis bisa dikategorikan sebagai penggosip karena kami sedang membicarakan kejelekan Lala ketika si Lala sendiri nggak ada di deket kami. Well, so we're gossip'ers.

Tapi yang perlu ditekankan adalah, gue dan Fredy sebagai sahabat Lala juga, mengharapkan yang terbaik untuk Lala. Kami berharap agar Lala kembali jadi seperti dulu yang baik, nggak neko-neko, nggak lebay, humble, apa adanya, nggak penuh kebohongan. Fredy bilang pada gue "Yaa, siapa sih yang nggak seneng liat sahabatnya sendiri sukses ? Nggak apa kalau dia sekarang udah sukses, cuman aku harap sih dia jangan penuh kebohongan gitu memperoleh kesuksesannya dari mana"

Yap, bisa nerka-nerka kan pemirsa permasalahan Lala ini kea gimana ? Ya intinya si Lala ini sekarang lebih sukses dari kami, namun sangat mencurigakan dan penuh kebohongan, kepalsuan. Yang pada akhirnya membuat kami seluruh temennya bertanya-tanya dan ujung-ujungnya rasan2-in dia.

Ya, bukan hanya kami berdua. Namun seluruh teman-teman kami yang mengenal Lala juga merasakan hal yang sama. Kami berdua ( Gue sama Fredy ) menginterogasi seluruh orang yang kenal Lala (cieh interogasi.. -_-) dan mendapatkan kenyataan yang sungguh memilukan. Yaa, hampir mirip kea acara tersohor dulu di tipi namanya Termehek-Mehek lah ya..

So, intinya, dari kegiatan kami rasan2 itu, di satu sisi kami berdosa. Ya, jika dilihat dari perspektif agama dan kebudayaan masyarakat, tentu kami dikategorikan sebagai orang-orang yang nggak baik. Iya lah, orang kita ngomongin Lala yang jelek-jelek.
Namun di satu sisi lagi, gue lihat fenomena Lala ini bisa dijadikan pelajaran bagi kami para gossip'ers. Supaya nggak bertingkah seperti Lala, karena kita tahu, kalau kita bertingkah penuh kebohongan kea si Lala ini, alhasil kami akan dibicarakan oleh orang-orang.
Pada intinya, rasan2 atau menggosip bisa menjadi pelajaran dan pengingat bagi para pelaku rasan2 tersebut.
Selain itu, rasan2 bisa mempererat bonding atau rasa kebersamaan dari para pelaku rasan2. Iya, sebagai orang-orang yang sama-sama merasakan keprihatinan terhadap Lala, kami (gue, Fredy, dan berjuta temen kami lainnya......eh nggak sampe 'juta' sih =_=) sama-sama timbul rasa saling memiliki karena merasakan hal yang sama.
Rasan2 secara psikologis juga bisa membuat diri kita lebih lega, karena kita bisa release segala uneg-uneg kita tentang sesuatu ( seseorang ) kepada orang yang kita percayai.
Selain itu lagi nih, rasan2 juga mampu memperluas wawasan kita tentang dunia ini. Pelajaran lah intinya. Sebagai pelajaran supaya kita hidup ini jangan berbuat yang membuat pergunjingan. Karena setiap individu di dunia ini saling mengawasi satu sama lain.

Namun tentu saja gue nggak bakal bilang kalau rasan2 atau menggosip ini adalah baik dan malah menganjurkannya pada kalian semua pemirsa. Gue cuma mau bilang kalau rasan2 ini ada manfaatnya. Meskipun memang tergantung sih, bagaimana cara rasan2nya. Kalau misalkan menggosipnya bagaikan sinetron yang ibu-ibu tante-tante gadis-gadis peran antagonis yang mukanya bermake-up tebal dan bibir dimonyong-monyongin itu, sih kalo kata gue, jangan. Rasan2 yang baik menurut gue adalah rasan2 yang membangun dan mengarah ke kebaikan bersama.

Sebagai contoh nih, dalam kasus Lala ini, gue pengen supaya Lala berubah menjadi baik lagi. Gue share ke semua teman-teman kami dalam rangka membuat Lala sadar bahwa dirinya sedang melakukan kesalahan dan dibicarakan orang-orang. Ya, semua itu supaya Lala dapat mengintrospeksi dirinya sendiri. Gue pengen Lala jadi sahabat gue yang kea dulu, karena gue kasihan Lala yang sekarang kurang disukai oleh banyak orang, gue merasakan prihatin.

Iya sih, kadang ada orang yang bilang "Lebih baik jangan dibicarakan di belakang orang, ngomong aja langsung ke orangnya kalo ada apa-apa yang mengganjel".
Iya sih, iya. Cuman, sebagai manusia biasa yang kekuasaannya sangat kecil, bisa apa gue ? Perasaan takut dan nggak enak bakalan menyerang kami ketika pengen berkonsolidasi dengan Lala.
Yaa, manusia punya tipe-tipe sendiri lah ya. Ada yang prefer langsung ngomong ke orangnya kalo ada masalah, dan juga ada yang lebih memilih jalan sebaliknya, diomongin di belakang.
Mungkin gue termasuk orang dengan tipe yang tengah-tengah. Kadang gue pengen membicarakan seseorang di belakangnya bersama orang lain, tapi kadang juga gue langsung mengutarakan perasaan nggak enak gue langsung ke orangnya. Yah, mungkin gue tipe yang seperti itu.

Cuman satu yang pasti, satu yang gue yakinin, apapun jalan yang gue pilih gue nggak pernah mau rasan2 untuk tujuan negatif seperti menjatuhkan nama dan martabat orang lain. Prinsip gue, kalau menggosip, tujuannya adalah untuk kebaikan, terlepas dari semua pro dan kontra apapun, gue selalu menekankan dalam hati gue kalau gue melakukannya harus atas dasar kebaikan ke depannya, entah bagi gue sendiri maupun orang lain.

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At his boarding room
Hoping that our Lala will be back soon
06092013-19:14

No comments:

Post a Comment