Tuesday, March 12, 2013

Selamat Hari Raya, Agama Lain

Diangkat dari permasalahan tweet pagi dari akun @seputarTA , dan informasi fenomena ini dari Indri, maka WTP menyajikan artikel khusus untuk membahas pengucapan selamat hari raya untuk agama lain.


Nah, permasalahannya adalah ada ucapan yang ditujukan buat pemeluk agama tertentu. Berhubung hari ini adalah hari raya Nyepi bagi umat Hindu, ada berbagai ucapan selamat merayakan hari raya nya dari berbagai pemeluk agama lain. Namun ada beberapa orang yang menyanggah atau bahasa lebih halusnya mencoba untuk mengingatkan saudaranya untuk tidak mengucapkan selamat hari raya bagi agama lain. Karena menurutnya, dalam agama Islam, mengucapkan selamat hari raya (dalam kasus hari ini : hari raya Hindu ) adalah sama saja dengan merayakannya. Merayakannya = akan dipertanyakan lo Islam bukan sih ?

Nah, banyak yang pro dengan admin tersebut karena mencoba untuk melakukan praktik toleransi antar umat beragama. Since di Indonesia telah diakui 5 agama. Namun tetap saja di dunia ini pasti ada yang pro dengan yang kontra. Ada kalangan muslim garis cukup keras yang bersikukuh untuk tidak mau mengucapkan selamat hari raya bagi umat beragama lain. Argumentasi masing-masing pihak silahkan pemirsa cek sendiri ya, kalau belum dihapus.. Hihihihi

Di sini, Author mencoba untuk menelaah fenomena ini berdasarkan ilmu yang masih cetek yang didapatkan selama hidup ini.. Ciehh.. -_-
Terang-terangan saja, Author adalah pemeluk agama Islam yang cenderung liberal. Namun dalam permasalahan ini Author mencoba menarik jarak dengan berbagai agama manapun.

Yang pertama, perlu dipisahkan antara kehidupan sosial / ruang publik dengan kehidupan pribadi (termasuk agama). Kita nggak bisa memaksakan pandangan pribadi kita termasuk opini, adat istiadat, serta ajaran agama di ruang publik (dalam kasus ini, seseorang memaksakannya ke ruang publik yaitu twitter ).
Saya sendiri pun sebagai seorang manusia yang dulunya pernah mengenyam pendidikan dasar, memiliki seorang guru Agama Islam yang dulunya melarang kami para muridnya untuk tidak mengucapkan selamat hari raya bagi pemeluk agama lain, yah sama seperti kasus hari ini.
Namun itu dulu, ketika saya belum mengenal apa itu filsafat. Pada dasarnya saya memang nggak suka dibatasi. Saya sepihak dengan kaum yang menganggap bahwa sah-sah saja mengucapkan selamat hari raya pada umat lain, karena hal itu bagi saya tidak sama dengan merayakannya.

Yang kedua, perlu diketahui pula bahwa meskipun kita beragama sama yakni Islam katakanlah, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Islam ku dan Islam mu adalah beda. Bahkan alim ulama satu dengan yang lainnya pasti berbeda sudut pandangnya. Satu agama saja sudah berbeda pandangan, apalagi jika beda agama. Memang Islam itu hanya ada satu, tapi interpretasi nya tentu berbeda bagi setiap individu, dari jaman Adam Hawa sampai sekarang, dari Muslim yang udah mati sampe yang masih hidup, pasti interpretasinya berbeda. Kebenaran akan kita dapatkan ketika kita sudah mati, selagi kita hidup, kita nggak bisa tau agama mana yang benar, interpretasi mana yang benar.
Jadi, memaksakan pandangan pribadi ke ruang publik adalah tindakan bermain api. Simpan saja pandangan pribadi di ruang pribadi.

Yang ketiga, perlu dibudayakan pula bagi masyarakat kita, agar mendahulukan praduga tak bersalah. Kalau dalam Islam itu husnuzon. Dalam kasus ini, seseorang langsung saja memberikan label "Islam bukan sih ?" pada seseorang hanya karena mengucapkan selamat hari raya bagi umat lain. Padahal jika kita dahulukan praduga tak bersalah, sebelum kita melontarkan label menyakitkan seperti itu, kita akan berpikir "Ohh, mungkin dia emang orang beragama itu". Karena meskipun mayoritas pemeluk agama di Indonesia adalah Islam, belum tentu orang partikular adalah bagian dari mayoritas kan.

Kesimpulannya : Think twice before you say something sensitive in the public.
Benar apa yang dikatakan oleh salah satu komentator twitter pagi tadi, "udah jangan debat soal agama di sini, nggak ada habisnya".
I totally agree.
Karena seperti yang saya jelaskan tadi, agama merupakan kegiatan di ruang private, bukan di ruang publik.
Pandangan pribadi juga nih, bagi saya Tuhan itu satu. Jika ada Tuhan banyak, maka dunia akan kacau. Nah, bagi saya, Tuhan itu namanya adalah Allah ( dalam Islam ). Allah ku dengan Allah mu mungkin beda gambarannya. Mungkin saya menyebutnya dengan Allah, mungkin Anda menyebutnya dengan Jesus, atau mungkin Dewa Wishnnu atau yang lainnya lagi. Tapi yang jelas Tuhan hanya satu.
Karena Tuhan hanya satu, bagi saya tak masalah apapun pengucapannya untuk merujuk pada Tuhan saya. Ketika saya bersyukur pada Tuhan saya, saya tidak selalu menggunakan ungkapan-ungkapan dalam  agama tertentu. Kadang saya mengucapkan Alhamdullillah, kadang saya ucapkan Puji Syukur. Mungkin bagi kebanyakan orang saya akan dianggap orang nggak bener, but it's okay. Bagi saya, toh intinya adalah sama : saya mengucapkan syukur pada Tuhan saya. Bagi saya kegiatan komunikasi dengan Tuhan adalah hal yang bersifat transendental. Tuhan saya Maha Mengetahui, jadi saya yakin kalau Tuhan saya pasti tahu apa yang saya maksudkan dengan mengucapkan kalimat syukur sedemikian rupa.

Dan sekali lagi, ini adalah opini pribadi. Saya tidak memaksakan pada publik. Ya memang dengan saya menulis artikel ini, saya menuliskan pandangan pribadi di ruang publik. Tapi perlu diingat, ini memang blog pribadi. Kebebasan menyatakan pendapat diatur dalam hukum ( Sotoy banget guee:D hahahahah ). 
Semoga damai menyertai kita semua.

Hihihi, Selamat Hari Raya Nyepi :D

Written by :
Kumara Ranudihardjo
At His boarding room
Hungry
12032013-10:43

2 comments:

  1. I do agree with that
    Keep respecting each other.
    Cause we all live under the same sun, and we all walk under the same moon.

    ReplyDelete